Mengenai Saya

Foto saya
Thariqah Sammaniyah al-'Aliyyah al-Qodiriyah al-Khalwatiyah - Syatthariyah 'Arifin Billah - Syatthariyah Ashaliyah - Naqsyabandiyah al-Khalidiyah. Dibawah bimbingan : Guru Mursyid Tengku Mudo al-Khalidi as-Sammani as-Syatthari. Dengan alamat : Kelurahan.Jombang, Kecamatan.Ciputat, Kota.Tagerang Selatan, Provinsi.Banten. WhatsApp Admin : 082385789999

Senin, 01 April 2019

Kisah Syekh Abu Said Abul Khair.


KISAH SUFI, YANG BACAAN
SURAT AL-FATIHAHNYA TIDAK FASIH "
===============================
Pada dahulu kala, ada seorang sufi yang maqamnya setingkat wali, bernama Syaikh Abu Said Abul Khair.
Beliau dikaruniai banyak Karomah dari Allah SWT, walau bacaan ayat-ayat Al-Qur'an beliau sangat tidak fasih. Alkisah, pada suatu hari ada ustadz muda, yang ingin sekali berguru kepada sufi tersebut.perjalanan yang memakan waktu berminggu lamanya dilalui oleh ustadz muda tersebut demi menuju rumah sang sufi yang kebetulan terletak di tengah gurun padang pasir.
Ahirnya sampailah ustadz muda tersebut di rumah sang syeh tersebut.
Syekh Abul Khair sedang mengaji.
Pada waktu sang syekh membaca surat Al- Fatihah, pada saat itulah sang ustadz muda kurang puas terhadap bacaan al-fatihahnya syekh Abul Khair, yang menurut ustadz muda tersebut kurang pas makhroj bacaan Al-Qur'an.
"Bagaimana mungkin ia seorang sufi, sedangkan bacaan Al-Fatihahnya saja tidak fasih ", gumam ustad muda dalam hati.
Atas bacaan sang sufi tersebut ahirnya, sang ustadz muda mengurungkan niatnya untuk berguru kepada syekh Abu Said Abul Khair.
Dengan perasaan kecewa, ustadz muda tersebut kemudian segera meninggalkan kediaman sang Syekh.
Ditengah perjalanan, ustadz muda tersebut di cegat 2 ekor singa besar yang siap menerkamnya.wajah ustadz muda segeralah Pucat pasi.
Dengan sekuat tenaga, ustadz muda tersebut berteriak dengan kerasnya, yang kemudian didengar oleh sang syekh.
Dengan tergopoh-gopoh Syekh Abul Khair segera meninggalkan majelisnya, menuju arah suara.
Ketika sampai ditempat, sang syekh segera berkata dengan kedua ekor singa tersebut sambil memandangi matanya. " wahai singa, bukankah aku sudah katakan jangan pernah mengganggu para tamuku".
Sungguh ajaib, singa tersebut kemudian segera bersimpuh di hadapan sang syekh. Setelah di elus kepalanya kedua singa tersebut segera meninggalkan syekh Abul Khair dan ustadz muda.
"Bagaimana anda bisa menaklukan singa2 liar lapar tersebut ?", tanya ustadz muda keheranan kepada syekh Abul Khair.
" wahai anak muda, selama ini aku mencoba menaklukan hatiku agar senantiasa tidak pernah menaruh prasangka buruk kepada orang lain dan selalu mencintai Allah ketimbang yang lainnya.
Atas perbuatanku ini oleh Allah, aku dikaruniai karomah alam semesta ini-termasuk binatang buas di pasir ini-juga takluk dihadapanku", jawab Syekh Abu Khair.
"Apakah engkau tahu kelemahanmu anak muda?", tanya sang syekh kepada ustadz muda tersebut.." tidak guru", jawab ustadz muda dengan menundukan wajah memerah menahan malu.
"Selama ini kamu hanya konsentrasi memperhatikan hal-hal lahiriah semata, sehingga lupa memperhatikan hatimu, karena itulah kamu lebih takut kepada alam semesta ini", jelas syekh Abul Khair.
Atas kejadian tersebut akhirnya, ustadz muda menetapkan hatinya untuk menjadi murid waliyullah sufi, syekh Abu Said Abul Khair.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Terimakasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan"