Mengenai Saya

Foto saya
Thariqah Sammaniyah al-'Aliyyah al-Qodiriyah al-Khalwatiyah - Syatthariyah 'Arifin Billah - Syatthariyah Ashaliyah - Naqsyabandiyah al-Khalidiyah. Dibawah bimbingan : Guru Mursyid Tengku Mudo al-Khalidi as-Sammani as-Syatthari. Dengan alamat : Kelurahan.Jombang, Kecamatan.Ciputat, Kota.Tagerang Selatan, Provinsi.Banten. WhatsApp Admin : 082385789999

Senin, 01 April 2019

DZUN-NUN AL-MISHRI DAN KEISTIMEWAAN KAUM SUFI

DZUN-NUN AL-MISHRI
DAN KEISTIMEWAAN KAUM SUFI

Alkisah, pada masa Dzun-Nun al-Mishri sekitar abad kedua Hijriyah, ada seorang pemuda yang selalu memandang remeh terhadap kaum sufi dan acapkali berkoar-koar menentang mereka. Dzun-Nun sudah sering mendengar tentang perilaku pemuda tersebut namun ia hanya acuh tak acuh saja dengan penghinaan si pemuda. Satu waktu, pemuda itu bertemu secara berhadap-hadapan dengan Dzun-Nun. Ia memandang Dzun-Nun dengan sebelah mata dan penuh penghinaan.

Melihat penghinaan tersebut, serta merta Dzun-Nun mencabut cincin yang melingkar di jari jemarinya dan memberikannya kepada si pemuda. “Kau bawalah cincinku ini ke pasar umum dan gadaikanlah dengan harga hanya satu dinar (uang emas) kepada orang-orang yang ada di sana”, perintah Dzun-Nun.

Entah mengapa, kewibawaan Dzun-Nun membuat si pemuda patuh untuk menjalankan perintahnya. Pemuda itu pergi ke pasar umum dengan menawarkan kepada orang ramai yang ada di pasar untuk mengambil alih sementara (menggadaikan) hanya dengan harga satu dinar uang emas. Tetapi tak seorang pun yang mau membelinya lebih dari satu dirham (uang perak). Karena tak seorang pun yang mau membeli dengan harga satu dinar, si pemuda kembali dan menyerahkan cincin tersebut kepada Dzun-Nun.

Akan tetapi, Dzun-Nun memerintahkan si pemuda untuk pergi kembali, “Sekarang engkau bawa cincinku ini ke toko-toko perhiasan yang memang benar-benar mengetahui nilai sebuah perhiasan. Tanyakan kepada mereka berapa banyak mereka berani menghargainya.”
pemuda ini Pergi lagi menuju toko-toko perhiasan yang juga berada di sekitar pasar. Setelah sampai di sana, ia menawarkan cincin Dzun-Nun tersebut. Di luar dugaannya, nyaris semua pemilik toko perhiasan tersebut sepakat untuk menghargai cincin Dzun-Nun dengan harga seribu dinar uang emas.

Si pemuda dirasuki perasaan kaget sekaligus bingung dengan kejadian kontradiktif yang baru saja dialaminya. Ia kaget karena mengapa para ahli perhiasan yang mempunyai toko perhiasan itu berani menghargai cincin tersebut dengan harga setinggi langit. Sementara ia bingung sebab kenapa tak seorang pun di antara orang-orang yang berada di pasar umum itu yang mau membelinya walaupun hanya dengan harga satu dinar.

Ketika sampai di hadapan sufi agung tersebut, kekagetan dan kebingungannya langsung pudar setelah mendengar jawaban Dzun-Nun. “Sekarang engkau telah mengalami kualitas kaum sufi dengan sebenarnya”, tutur Dzun-Nun. “Selama ini, engkau hanya mengetahui kaum sufi sebagaimana kebanyakan pengunjung pasar umum itu mengetahui cincin ini. Tidak lebih.”

Tersentak sadar dengan pertunjukkan yang dimainkan secara piawai oleh Dzun-Nun, si pemuda ini langsung bersimpuh di hadapan Dzun-Nun dan memohon maaf atas kekeliruannya selama ini. Sejak saat itu, ia tidak pernah lagi meremehkan kaum sufi.

........
......
............

SALAM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Terimakasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan"