Mengenai Saya

Foto saya
Thariqah Sammaniyah al-'Aliyyah al-Qodiriyah al-Khalwatiyah - Syatthariyah 'Arifin Billah - Syatthariyah Ashaliyah - Naqsyabandiyah al-Khalidiyah. Dibawah bimbingan : Guru Mursyid Tengku Mudo al-Khalidi as-Sammani as-Syatthari. Dengan alamat : Kelurahan.Jombang, Kecamatan.Ciputat, Kota.Tagerang Selatan, Provinsi.Banten. WhatsApp Admin : 082385789999

Rabu, 24 April 2019

Adab Murid Kepada Guru Mursyid (tentang pindah Guru)

"Adab Murid Kepada Guru Mursyid (tentang pindah Guru)"
KH. Muslih Abdurrahman dlm bab adab tatakrama seorang murid kepada Guru menjelaskan:
Murid harus mempunyai keyakinan (i'tiqad) bahwa tujuannya tdk akan berhasil, kecuali melalui perantaraan Gurunya. Jika ada murid mempunyai kehendak akan pindah Guru, dari Guru asal ke Guru lain, dia akan tertutup (hirman) mendapatkan cahaya Guru pertamanya, dgn demikian ia tdk mendapatkan anugrah Allah (faidh ar-Rahmani) dan akan membahayakan bagi murid, kecuali apabila ia mendapatkan izin dari Guru pertamanya, atau Guru pertamanya sdh menyimpang dari syari'at dan thariqah dan sudah jauh dari syari'at Rasulullah Saw., maka ia diperbolehkan pindah Guru, dan agar mencari Guru yg lebih sempurna dan lebih zuhud, lebih menjaga diri (dari perbuatan dosa), lebih paham tentang syari'at, lebih paham ilmu thariqah dan hatinya lebih bersih dari menjaga sifat² yg tdk terpuji.
Hal tersebut sebagaimana ditegaskan oleh Imam Syihabuddin ibnu Hajar al-Haitamy al-Makky dlm kitab karyanya al-Fatawa al-Haditsiyyah:
"Adapun setelah masuk dlm bimbingan seorang Guru yg sdh dlm tingkatan 'arif billah dan ahli syari'ah, maka tdk diperbolehkan keluar dari bimbingan Guru tersebut."
Beliau juga menjelaskan dgn fatwanya:
"Barangsiapa telah menyatakan bai'at kepada seorang Guru Mursyid, maka haram baginya (menurut para Ulama) meninggalkan Guru Mursyid tersebut dan pindah ke Guru lain."

Syekh Muhammad bin ‘Abd al-Karim as-Samman al-Madani al-Khalwati al-Qadiri as-Syadzili as-Syafi’i

Ilmu Ushuluddin, Juli 2016, hlm. 123-128 Vol. 15, No.2
ISSN 1412-5188

Ahmad Sya’rani Pascasarjana Jurusan AkhlaTasawuf IAIN Antasari Banjarmasin



Diterima tanggal 22 April 2016 / Disetujui tanggal 9 Mei 2016

Abstract
Sheikh Muhammad Samman who love science and adrift heart of the religious sciences, devoted himself to God directly in the path of Sufism. Because of his persistence in the world of mysticism, it leds Sheikh Muhammad Samman to various teachers and sheikhs, until he also founded a new tarikat which is a combination of various tarikat that he followed previously. The emergence of a new tarikat that is based on some tarikat is not new and can be accepted. Surely, he formed a new tarikat called Sammaniyah that have many followers until now. Of his teachings in the tarikat, there are some rules that discussed about relationship between the Murshid or sheikh with a pupil. The concept about it is similar to the relationship between the Prophet with his companions or with some of his followers. From Sirah Nabawiyah, it can be concluded how the Companions of the Messenger had spoken and vice versa as well as he, the Prophet., treats his companions. Actually, this condition applies to every tarikat anywhere.

Pendahuluan
Mengenal Tarikat Sammaniyah tentu tidak asing lagi di telinga kita, terlebih-lebih penduduk Kalimantan Selatan yang mayoritas penganut Tarikat Sammaniyah. Sungguh beruntung orang yang masuk dalam kelompok ini, sehingga bisa menghantarkan dirinya untuk bisa mendekatkan diri kepada Sang Khalik secara cepat dan mudah, dikarenakan pencetusnya adalah orang yang memiliki kelebihan khusus di sisi tuhannya melalui jalan Tarikat Sammaniyah yang bermuatan zikir, wirid dan pembersihan hati untuk mencapai suatu maqam yang terpuji dengan menggabungkan syari’at dan tarikat.

Tulisan ini membahas tentang seluk-beluk Tarikat Sammaniyah, terutama berkenaan dengan etika antara guru dan murid yang diajarkan dalam tarikat tersebut. Pada dasarnya, konsep hubungan guru dan murid yang berlaku dalam Tarikat Sammaniyah itu mengacu pada pengajaran yang dicontohkan Nabi Muhammad Saw. dalam hubungannya dengan sahabat-sahabat dan pengikut- pengikut beliau. Penulis menggarisbawahi beberapa aturan yang harus ditaati oleh pengikut Tarikat Sammaniyah ketika itu berhadapan dengan sang guru atau dengan murid.

Biografi Syekh Muhammad Samman
Nama lengkap beliau ialah Muhammad bin ‘Abd al-Karim al-Madani as-Syafi’i as-Samman.
Pada literatur yang lain ada penambahan di belakang nama beliau menjadi Muhammad bin ‘Abd al-
Karim as-Samman al-Madani al-Khalwati al-Qadiri as-Syadzili as-Syafi’i (1130-1189 H/1718-1775M). Beliau termasuk dari keturunan keluarga dari kaum Quraisy. Beliau memiliki kunyah yaitu Abu Abdillah. Namun beliau lebih dikenal dengan sebutan Syekh Muhammad Samman.

Gelar as-Samman (pedagang mentega) diberikan oleh para muridnya. Ketika mereka kehabisan makanan, Syekh Samman menurunkan sebuah ember ke dalam sumur, kemudian ember tersebut muncul dengan dipenuhi mentega. Berikut gelar-gelar yang disematkan kepada beliau yaitu “al-Waliy al-Kamil Mukammil (seorang wali yang sempurna lagi menyempurnakan), Khatam Ahl al-‘Irfan (Penutup para ahli makrifat), Ustadz al-A’zham (Guru besar), Quthb al-Akwan (Poros alam),Gawts az-Zaman (Penolong zaman), al-‘Arif billah (Orang yang kenal dengan Allah), Sayyid Syekh Muhammad Samman Al-Madani”.

Syekh Muhammad Samman lahir dan wafat di kota Madinah. Beliau menghabiskan hidupnya di kota Madinah. Beliau tinggal di rumah bersejarah milik sahabat Rasulullah saw yaitu Abu Bakar al- Shiddiq. Semenjak kecilnya Syekh Muhammad Samman senang belajar agama kepada para ulama sekitar Madinah dan saat usia delapan tahun beliat telah hafal al-Qur’an. Saat menginjak masa remaja, beliau sudah menjadi guru agama pada Madrasah Sanjariyah di Madinah dan didatangi banyak murid dari negeri yang jauh.Namun begitu, beliau tetap belajar kepada para ulama di zaman itu.

Syekh Samman wafat pada hari Rabu, waktu Dhuha (antara pukul 06.30-10.00) pada tanggal 02 Dzulhijjah tahun 1189/1775 M. Beliau wafat di usia 57 tahun dan sempat sakit selama 17 hari. Beliau dimakamkan di pemakaman Baqi’, Madinah. Ini merupakan tempat para istri Nabi Muhammad Saw. dan para sahabatnya dimakamkan.

Syekh Muhammad Samman menimba ilmu dalam bidang hukum Islam kepada Muhammad al-Daqqaq, Sayyid ‘Ali al-‘Aththar, ‘Ali al-Kurdi, ‘Abd al-Wahhab at-Thanthawi (di Makkah) dan Said Hilal al-Makki. Guru dalam bidang ilmu Hadis yang juga seorang Muhaddits bernama Muhammad Hayyat, yang merupakan penganut Tarikat Naqsabandiyah. Guru-guru beliau yang lain seperti Muhammad Sulaiman al-Kurdi (1125-1194 H/1713-1780 M), Abu Thahir al-Kurani, ‘Abd Allah al- Bashri dan Musthafa bin Kamal ad-Din al-Bakri (1099-1163 H/1688-1749 M). Musthafa bin Kamal ad-Din al-Bakri ialah guru pada bidang tasawuf dan tauhid. Beliau berasal dari Damaskus, menetap di Madinah dan wafat di Kairo, Mesir tahun 1749. Beliau seorang ulama yang produktif dan juga seorang Syaikh tarikat Khalwatiyah. Ada dua Syaikh Tarikat Khalwatiyah yang juga menjadi guru dari Syekh Muhammad Samman yaitu Muhammad bin Salim al-Hifnawi dan Muhammad al-Kurdi, namun pengaruh dari kedua guru ini tidak nampak pada karya-karya Syekh Muhammad Samman.

Sejarah dan Perkembangan Tarikat Sammaniyah
Tarikat Sammaniyah dicetuskan oleh Muhammad bin ‘Abd al-Karim as-Samman al-Madani al-Khalwati al-Qadiri as-Syadzili as-Syafi’i. Penamaan tarikat ini dinisbahkan kepada nama beliau oleh para muridnya. Sedangkan Syekh Muhammad Samman menamai tarikat yang didirikannya ini dengan al-Muhammadiyah yang berarti jalan Nabi Muhammad.

Dari pemaparan sebelumnya telah diuraikan bahwa Syekh Muhammad Samman haus akan ilmu sehingga beliau menimba ilmu kepada banyak guru. Termasuk pengembaraannya pada beberapa tarikat yang memberikan pengaruh yang kental pada Tarikat Sammaniyah nantinya, seperti Tarikat Khalwatiyyah dengan Syaikh Musthafa bin Kamal ad-Din al-Bakri. Kemudian beliau juga belajar Tarikat Naqsabandiyyah dan Tarikat Qadariyyah, sehingga beliau dikenal dengan nama Muhammad bin ‘Abd al-Karim al-Qadiri as-Samman pada zaman itu. Pengaruh tokoh besar dari tarikat ini yaitu ‘Abd al-Ghani an-Nabulusi, seorang ulama produktif dan pembela Ibn al-‘Arabi dan ‘Abd al-Karim al-Jilli, (w 1143/1731) yang juga guru dari Musthafa bin Kamal ad-Din al-Bakri sangat signifikan pada diri Syekh Muhammad Samman. Syekh Muhammad Samman juga belajar pada Tarikat Syadziliyyah yang mewakili tradisi tasawuf Magribi dan dikenal dengan hizib-hizibnya

Dari keempat tarikat tersebut, Syekh Muhammad Samman meramu dan memadukan teknik- teknik zikir, bacaan-bacaan dan ajaran mistis semua tarikat tersebut dengan tambahan seperti qasidah dan bacaan lain yang beliau susun sendiri). Dengan kata lain Tarikat Sammaniyah atau Tarikat al- Muhammadiyah ini merupakan perpaduan dari berbagai tarikat yang pernah dipelajari oleh Syekh Muhammad Samman dan juga merupakan hasil akulturasi tradisi dari berbagai belahan dunia yang dibawa oleh para murid yang belajar padanya.


Persinggungan tradisi yang disebutkan di atas diperoleh beliau dari jabatan beliau sebagai penjaga pintu makam Nabi Muhammad Saw., beliau menerima para peziarah dari seluruh penjuru dunia dengan tradisi yang berbeda-beda. Para murid beliau yang berasal dari berbagai benua, dari Magribi dan Afrika Timur, India sampai ke Indonesia. Beliau menemukan lahan subur atas ketertarikannya terhadap tradisi-tradisi dari para muridnya. Inilah mungkin salah satu karunia Tuhan dari posisinya sebagai penjaga makam Nabi Muhammad Saw.

Penggabungan berbagai tarikat dan melahirkan tarikat baru bukanlah hal yang baru pada dunia tasawuf. Sebut saja Muhammad ‘Utsman al-Mirghani memadukan Tarikat Naqsabandiyyah, Qadariyyah, Syadziliyah, Junaidiyyah dan Mirganiyyah sehingga lahir Tarikat Khatmiyyah. Tarikat ini menyebar di wialayah Afrika Timur. Kemudian Ahmad Khatib Sambas, seorang ulama Kalimantan yang menetap di Makkah menggabungkan Tarikat Qadiriyyah dan Naqsabandiyyah, Tarikat al-Anfas, Tarikat al-Junaidiyyah, dan Tarikat Muwafaqah menjadi Tarikat Qadiriyyah wa Naqsabandiyah. Tarikat Qadiriyyah wa Naqsabandiyah, Tarikat Sammaniyah, Tarikat Naqsyabandiyah al-Khalidiyah dan Tarikat Syatthariyah merupakan Tarikat yang populer di Indonesia.

Ajaran Tarikat Sammaniyah
Ajaran tarikat Sammaniyah merujuk pada kitab Syekh Muhammad Samman dengan judul an- Nafahat al-Ilahiyyah. Kitab ini terdiri delapan bab yaitu taubat, baiat, zikir, khalwat, penyakit hati, persaudaraan, adab kepada guru, wali dan penutup tentang nasihat kepada ikhwan.

Zikir Sammaniyah adalah jahr (keras) dengan lafaz nafi istbat, yaitu La ilaha illa Allah. Lafaz yang afdal sesuai dengan hadis Afdhal adz-dzikir La Ilaha Illal-Lah. Adapun dalil keutamaan zikir jahr, yaitu riwayat Ibnu Abbas bahwa masa Nabi saw zikir dilaksanakan setelah jamaah selesai salat fardu. Manfaat zikir jahr antara lain menampakkan syi’ar Islam, memberi berkah pada pendengarnya, menghapus dosanya dan menumbuhkan iman. Zikir jahr bagaikan tukang besi yang memukul palunya untuk menghilangkan karat yang melengket pada besi.Begitu pula orang yang berzikir jahr dapat menghilangkan dosa yang melekat dalam hati.

Pengikut tarikat Sammaniyah di Sulawesi Selatan memodifikasi zikir dengan membagi zikir
menjadi sikkiri seppulo (zikir sepuluh) dan sikkiri tellu ratu (zikir 300). Zikir sepuluh dilaksanakan dengan sir (tidak keras) dalam situasi seperti musafir, sakit atau berada di tempat yang dapat mengganggu orang lain. Zikir tiga ratus atau zikir jahr dilaksanakan dua kali yaitu sesudah shalat Ashar dan Isya.Lamanya sekitar sepuluh menit dengan perubahan lafaz mulai La Ilaha Illal-Lah, kemudian Allah Allah, dan terakhir Huwa Huwa.Adapun tarikat Sammaniyah yang berkembang atau berasal dari Sumatera Barat, zikir jahr dilaksanakan setiap selesai salat fardu dan setelah itu zikir khafi.

Adab Murid Terhadap Guru
Hubungan antara mursyid atau syekh dengan murid dalam tarikat zikir Samman seperti hubungan antara Nabi Saw. dengan para sahabat beliau atau dengan para umatnya. Hal ini berlaku pada setiap tarikat manapun.7 Dari sirah nabawiyah, kita telah mengetahui bagaimana sikap para sahabat bertutur kata kepada Rasulullah Saw. dan begitupun juga sebaliknya beliau, Rasulullah saw., memperlakukan para sahabat beliau saw.

Allah Swt. telah berfirman di dalam al-Qur’an tentang para sahabat Nabi Muhamamd Saw. apabila berbicara kepada Nabi Muhammad Saw. tidak boleh dengan suara yang lebih nyaring atau lebih keras dari suara nabi Muhammad sendiri. Terdapat pada surah al-Hujurat ayat 2 yang berbunyi:


ْمُكُلاَمْعَأ َطَبْحَت ْنَأ ٍضْعَبِل ْمُكِضْعَب ِرْهَجَك ِلْوَقْلاِب ُهَل اوُرَهْجَت اَلَو ِّيِبّنلا ِتْوَص َقْوَف ْمُكَتاَوْصَأ اوُعَفْرَت اَل اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهْيَأ اَي

َنوُرُعْشَت اَل ْمُتْنَأَو

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara nabi, dan janganlah kamu Berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari”.

Ketika seorang murid tarikat yang akan melakukan suluk disebut Salik. Ibn Arabi memberi petunjuk dalam salah satu naskah yang berjudul at-Tadbiratu al-llahiyat fi Islahi al-Mamlakati al-Insaniyat tentang adab seorang salik terhadap gurunya dalam tarikat berikut ini:

1. Salik bersikap di hadapan gurunya seperti seorang mayat yang berada di tangan para orang yang akan memandikannya. Terserah kepada para pemandi jenazah bagaimana mereka memperlakukan jenazah tadi. Begitu juga salik, dia menyerahkan sepenuhnya kepada gurunya tanpa melakukan protes sedikitpun.
2. Salik juga tidak boleh ada terlintas sedikitpun dalam hati dan pikirannya prasangka buruk atau keraguan terhadap gurunya. Dia harus menjaga hati dan pikirannya bersih dari prasangka buruk kepada gurunya walaupun bagaimanapun tingkah laku seorang guru itu berlawanan syariat. Allah Swt memerintahkan kita untuk menghindarkan diri dari prasangka- prasangka buruk kepada sesama manusia. Terlebih bagi salik untuk menghindari prasangka buruk atau keraguan kepada gururnya.
3. Salik tidak boleh menempati bagian tempat duduk yang biasanya diduduki oleh gurunya dan apabila dia ingin duduk, dia tidak boleh duduk di depan gurunya (membelakangi gurunya).
4. Salik tidak boleh memakai barang yang biasanya dipakai oleh gurunya.
5. Salik harus bersegera melaksanakan pekerjaan yang disuruh oleh gurunya dan tidak boleh mengajukan usul apapun karena dia belum mengerti atau tidak tahu tentang jenis pekerjaan itu.
6. Salik tidak boleh menanyakan kemana gurunya ingin pergi apabila bertemu dengannya di tengah perjalanan.
7. Salik tidak boleh menikahi janda dari gurunya apabila suami (gurunya) meninggal atau bercerai (Nyberg, 1919: 226-227)
8. Salik tidak boleh memberikan kritik apapun kepada gurunya. Ibnu ‘Arabi dalam bukunya al-Futuhat al-Makkiyyat menjelaskan bahwa ekspresi-ekspresi sufi seperti tertawa, senyum, terkejut, ragu-ragu, benci, cinta, suka atau cenderung akan sesuatu semuanya itu langsung datang dari Allah sebagaimana terjadi dengan para nabi Allah Swt. (Takeshita: 126).

Yusuf Makasar dalam naskahnya an-Nafkhatu as-Sailaniyat menjelaskan bahwa seorang murid yang berani melawan gurunya dalam sebuah tarikat berarti sama dengan melawan Allah. Gurunya tersebut bersama dengan Allah dan ia berdiri dengan mazhariyat Allah. Seorang murid tidak boleh berdiskusi, menentang atau menyanggah nasihat-nasihat gurunya. Ia wajib menjaga adab dan hormatnya kepada gurunya. Apabila ia tidak hormat dan taat kepada gurunya, maka hancurlah adabnya kepada Nabi Muhammad Saw. sebab guru merupakan wakil nabi Muhammad Saw. dalam hal kepemimpinan rohani sampai di hadirat Tuhan.

Syaikh ‘Abdul Qadir Isa memaparkan akhlak murid kepada gurunya ialah sebagai berikut:
1. Murid harus pasrah kepada mursyidnya dalam semua perintah dan nasihatnya.
2. Murid tidak boleh menentang kepada mursyidnya dalam pendidikan yang didapatnya.
3. Murid tidak boleh meyakini bahwa mursyidnya adalah seorang yang maksum seperti para Nabi dan Rasul, meskipun mursyidnya memiliki konidisi yang sempurna namun tidak maksum.
4. Murid harus yakin terhadap kesempurnaan kompetensi mursyid dan bimbingannya.
5. Murid harus bersikap jujur dan ikhlas dalam bergaul dengan mursyidnya.
6. Murid harus mengagungkan mursyidnya dan menjaga kehormatannya.
7. Murid harus mencintai murysidnya dengan cinta yang maksimal.
8. Murid tidak boleh berpaling kepada mursyid yang lain.
9. Murid menjaga ketenangan majlis mursyidnya.
10.Murid bergegas dalam membantu keperluan mursyidnya.
11. Murid harus senantiasa hadir dalam majlis mursyidnya
12. Murid harus bersikap terhadap atas sika-sikap mursyidnya.
13. Murid hendaknya tidak menyampaikan ucapan-ucapan murysidnya kepada orang lain kecuali sesuai kadar pemahaman dan nalar mereka.8

Nabi Muhammad Saw. mampu memberikan syafaat atau pertolongan kepada umat-umat beliau yang berdosa di hari kiamat kelak. Beliau bersabda bahwa syafaat-nya pada hari kiamat itu adalah hak bagi umatnya yang berdosa dan tidak berhak memperolehnya mereka yang tidak mempercayainya (as-Suyuthi jilid II, t.t.: 40).

Syekh Muhammad Samman adalah sufi dan wali Allah swt, hati beliau bersih karena diasah
dengan zikir kepada Allah, sehingga ia mampu merekam “wewenang memberi syafaat” dari Nabi Muhammad Saw. ia berkata bahwa ia akan memberi syafaat kepada murid-muridnya yang percaya kepadanya pada hari kiamat nanti. Ia berkata pula bahwa mempunyai kemampuan untuk menolong
dan memberikan Syafaat. Sehingga, orang yang bersangkutan merasa aman.

Penutup
Berdasarkan paparan di atas dapat kita ambil benang merah bahwa Syekh Muhammad Samman lahir dari keluarga yang cinta akan ilmu dan mengabdikan dirinya di jalan allah swt. Hal ini memberikan pengaruh pada kehidupan Syekh Muhammad Samman yang cinta ilmu, terpaut hatinya ilmu-ilmu agama dan mengabdikan dirinya kepada Allah swt dalam jalan tasawuf.


Ketekunannya dalam dunia tasawuf menuntun dirinya kepada berbagai guru dan syekh,
hingga dia pun mendirikan sebuah tarikat yang merupakan kombinasi dari berbagai tarikat yang beliau ikuti sebelumnya.Kemunculan sebuah tarikat baru yang didasari dari beberapa tarikat adalah bukan hal yang baru dan dapat diterima.

Syekh Muhammad Samman sangat memperhatikan terhadap etika murid kepada gurunya berikut ini:
1. Murid berpasrah terhadap apapun nasihat dan petunjuk yang diberikan oleh guru kepada muridnya.
2. Murid harus bersih hati dan bebas berprasangka buruk terhadap gurunya.
3. Murid tidak boleh menempati tempat yang sering digunakan oleh gurunya.
4. Murid tidak boleh memakai barang yang dipakai oleh gurunya.
5. Murid bersegera melaksanakan perintah dari gurunya tanpa mengajukan pertanyaan, usulan ataupun sanggahan.
6. Murid tidak boleh bertanya perihal tujuan kepergian gurunya
7. Murid tidak boleh menikahi janda dari gurunya.
8. Murid tidak boleh mengkritik terhadap tingkah dan perbuatan gurunya, karena dia belum mengetahui perihal perbuatan gurunya.

Hal-hal yang diperbuat oleh guru atau Syekh dalam sebuah tarikat ialah petunjuk dari Allah
swt. Inipun berlaku pada Syekh Kamil 


DAFTAR PUSTAKA

Mulayati, Sri.et.al., Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia. Jakarta: Kencana. 2005.

Basit, Abdul. Syekh Muhammad Samman dan Ulama-Ulama Jawi Abad XVIII; Tarekat, Manaqib, dan Propagandis Syekh Samman al-Madani.cet. ke-2. Kapuas Timur: Ulin Global Press. 2010.

Purwadaksi, Ahmad. Ratib Samman dan Hikayat Syekh Muhammad Samman: Suntingan Naskah dan Kajian Isi Teks, Jakarta: Djambatan. 2004.

Isa, Syaikh ‘Abdul Qadir. Hakekat Tarikat. terj. Khairul Amru Harahap dan Afrizal Lubis. Jakarta: Qisthi Press. 2005.


MUSYAHADAH ( MENYAKSIKAN ALLAH )

MUSYAHADAH   ( MENYAKSIKAN ALLAH )

       Musyahadah adalah menyaksikan dan bertemu dengan Zat Wajibul Wujud yaitu Allah swt.

       Musyahadah ini adalah awal mengenalNya, kerana mustahil kita mengenal Allah bila tidak pernah menemuiNya. Seperti kata Pepatah: “Tak jumpa maka tak kenal, tak kenal maka tak cinta.”

       Menyaksikan Allah disini bukan menyaksikan dengan mata, kerana Dia tak dapat dijangkau dengan Panca Indera.

       Menyaksikan Allah di sini pun bukan dengan akal fikiran, maupun perasaan. Kerana Dia di luar jangkauan akal fikiran, dan perasaan.

       Menyaksikan Allah disini adalah dengan Hati. Kerana hanya Hatilah yang selalu menjadi pusat pandangan Allah, sehingga Hati mendapatkan pancaran CahayaNya.

       Tanpa Cahaya seseorang tidak akan dapat melihat apapun, kerana Mata tidak akan berfungsi apa-apa pabila tidak ada Cahaya.

       Begitulah juga 'Matahati' tidak akan dapat menyaksikan Allah tanpa adanya Nur (Cahaya), Nur itu datangya adalah dari Allah sendiri, Allah tembakkan Nur itu ketengah-tengah hati hambaNYA yang berdzikir kepadaNYA, kerana hanya Dia sendirilah yang memperkenalkan diriNya kepada hamba-hambaNya.

      Semoga kita mendapatkan Nur tersebut, sehingga Mata hati kita tidak buta dalam menyaksikan Al HAQ (Allah swt ). Allah Ta’ala berfirman: "Maka sesungguhnya bukanlah matanya yang buta, tetapi Matahati yang berada di rongga dadanya." (Qs.22:46).

       ”Barangsiapa buta di dunia, maka di Akhirat lebih buta dan lebih tersesat dari jalan yang lurus." ( Qs.17:72 ).

       Drp ayat-ayat ini, dapat difahami bahwa apabila di dunia ini Matahati buta terhadap diri Allah Ta’ala, maka di Akhirat akan lebih buta lagi terhadap Allah, sehingga kita menjadi lebih tertutup atau terhalang untuk melihat Allah.

       Sebagaimana Firman-Nya: "Sesungguhnya mereka pada hari itu benar benar tertutup dari Tuhan mereka.” (Qs.83:15).        

Wallahua’lam
Salam Tauhid dan
Salam Sejahtera.

####

ALLAHU  AKBAR

Sumber : Dato Syekh Amdan Maulana.

Senin, 22 April 2019

KAEDAH DAN CARA MENCARI GURU MURSYID YANG SAH LAGI BENAR

KAEDAH  DAN  CARA  MENCARI
GURU  MURSYID  YANG  SAH  LAGI  BENAR

*

Jika kita ingin mencari guru yang  MURSYID yang dapat membimbing perjalanan kerohanian dan memasuki makam tauhid :

    Bangunlah pada sepertiga ( 1/3 ) malam, lakukan solat dua (2 ) rakaat dan berdoalah seperti berikut :

     " Yaa Allah ,  yaa Tuhanku..!  Tunjukkanlah kepadaku hamba-hamba-Mu yang soleh.

Tunjukkanlah kepadaku orang-orang yang mampu membimbingku kepada Engkau (yaa Allah ) ,  iaitu :

*   Orang-orang yang memberi makan kepadaku dengan makanan Engkau,

*   Orang yang memberi minum kpd ku dengan minuman Engkau ( yaa Allah ) ,

*   Orang yg memberi celak mata kedekatan ku dengan cahaya kedekatan Engkau  ( yaa Allah )

*   dan orang memberi tahu kepada ku akan sesuatu yang sudah dilihatnya dengan nyata, bukan dengan sekadar taklid atau ikut-ikutan.. ( yaa Allah ).

"Ya Allah !  Tunjukkanlah aku kepada seorang hamba daripada hamba-hamba-Mu yang soleh untuk menyampaikan aku kepada keredhaan-Mu ( yaa Allah ) dan memperkenalkan aku jalan menuju keredhaan itu".

Aamiin .. yaa Allah
Yaa Robbal 'Aalamiin ..

**

-Syeikh Abdul Qadir Jailani-

******************************************************
 
Maka daripada itu ,

Untuk memastikan adakah ia seorang GURU MURSYID yg sah lagi benar , tanyalah kpd nya empat ( 4 ) perkara berikut :

Pertama :   Minta kpd nya dgn cara beradab n sopan agar beliau dpt menunjukkan bukti sanad n silsilah ( rantaian ) yg sah drp beliau sampai kpd Rasulullah S.A.W.

Kedua :   Bertanya lah kpd nya dgn sopan n beradab :  Adakah Tuan boleh membimbing n membawa saya sampai Allah n Rasul ?

Ketiga :   Bertanyalah kpd nya :  Adakah Tuan boleh menjamin saya di Padang Mahsyar ?

Keempat :   Bertanya lah kpd nya :  Boleh kah Tuan melimpahkan NUR MUHAMMAD kpd saya dgn barakah Rasulullah S.A.W ?

***

Klu beliau menjawab :  IN SYA ALLAH ... Duduk lah BERADAB dgn nya n BELAJAR lah dgn nya dgn bersungguh-sungguh ....

***

Tetapi klu dia kata :  "  Oooo ... saya tak sanggup .. nasib diri saya sendiri saja tak jelas ...  "

Maka angkat kaki anda perlahan-lahan ...drp nya .... Sbb sudah dipastikan ia itu bukanlah guru mursyd dan apabila anda tetap disana juga, maka akan membuang masa, membuang tenaga, membuang uang anda.

ALLAHU  AKBAR

Tulisan: Syeikh Amdan Maulana.

Sabtu, 20 April 2019

Iman Islam Ihsan

Jum'at 15 feb. 2019

Siapakah NU...?
============

Nahdlatul 'Ulama, disingkat NU
( kebangkitan ulama) , adalah sebuah organisasi Islam terbesar di Indonesia  Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan ekonomi.
Pendiri: KH.Hasjim Asy'ari, Abdul Wahab Hasbullah
Didirikan: 31 Januari 1926, Surabaya
Kantor Pusat: Jakarta Pusat

👉Nahdlatul Ulama (NU) menganut paham Ahlussunah Wal Jama'ah, sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrim naqli (skripturalis). 👈

Karena itu sumber pemikiran bagi NU tidak hanya Al-Qur'an, Sunnah, tetapi juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas empirik. Cara berpikir semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu, seperti Abu Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansur Al-Maturidi dalam bidang teologi ( aqidah) . Kemudian dalam bidang fikih mengikuti empat madzhab; Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali. Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode Al-Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi, yang mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat.

👉Jangan mengaku NU kalau tidak bertariqat atau bertasawuf dan mengakaji sifat 20 👈

👉Iman, Islam, dan Ihsan adalah trilogi risalah atau syariat Islam. 👈

Iman, Islam, dan Ihsan adalah pokok-pokok ajaran Islam. Trilogi Iman-Islam-Ihsan disebut juga Akidah-Ibadah-Akhlak.

✔Iman adalah kepercayaan atau keyakinan. ✔Islam adalah pelaksanaan atau pembuktian  .....keyakinan.
✔Ihsan adalah etika dalam keyakinan dan pengamalannya.

👉Pelaku iman disebut Mukmin.
👉Pelaksana Islam disebut Muslim.
👉Pengamal Ihsan disebut Muhsin.

Trilogi dan pengertian Iman, Islam, dan Ihsan disebutkan langsung Rasulullah Saw dalam sebuah hadits shahih berikut ini:

عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ   وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ . قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟ قُلْتُ : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ .

Dari Umar r.a. ia berkata: ketika kami duduk-duduk di sisi Rasulullah Saw suatu hari, tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya.
Hingga kemudian dia duduk di hadapan Nabi Saw lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah Saw) seraya berkata: “Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam?"
Maka bersabdalah Rasulullah Saw: “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu."
Kemudian dia berkata: “Anda benar!“.

Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “Beritahukan aku tentang Iman“.

Lalu beliau bersabda: "Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk."

Kemudian dia berkata: “Anda benar“.
Kemudian dia berkata lagi: “Beritahukan aku tentang Ihsan“.

Lalu beliau Saw bersabda: “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya, maka Dia melihat engkau.”

Kemudian dia berkata: “Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya “.

Dia berkata: “Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “. Beliau bersabda: “Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya."

Kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”.

Aku berkata: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda: “Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian (Islam)“.

(Riwayat Muslim Hadits Arba’in No. 2. Hadis ini diriwayatlan juga oleh Bukhari, Abu Dawud, at-Turmudzi, Ibnu Majah, Ahmad bin Hambal)

Pengertian Islam  ( fiqih)
=============
Rukun islam itu 5 perkara (ilmu nya fiqih) Islam secara bahasa artinya berserah diri dan damai. Islam adalah agama Allah SWT.

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam" (QS. Ali Imran:19).

Kata Islam berasal dari bahasa Arab yaitu aslama yang artinya patuh, pasrah, menyerah diri, atau selamat.

Pemeluk Islam atau orang yang tunduk dan patuh berserah diri kepada Allah disebut Muslim.

Pengertian Iman ( aqidah)
=============
Iman itu 6 perkara (membahas masalah aqidah) yg kedudukan nya ada didalam keyaqinan hati ,Dalam hadits di atas, Rasulullah Saw mengemukakan Rukun Iman (Arkanul Iman), yakni percaya kepada Allah SWT, para malaikat, kitab-kitab, para rasul, hari kiamat, dan takdir.

Kata iman berasal dari bahasa Arab, yaitu amana-yu'minu yang artinya percaya atau menerima.

Menurut istilah, iman adalah membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan memperbuat dengan anggota badan (beramal). Tashdiqun bil qolbi ikrarun bil lisan wa 'amalun bil arkan.

Orang beriman disebut mukmin.

Pengertian Ihsan (tasawuf)
==============
Ihsan berasal dari bahasa Arab yaitu ahsan - yuhsinu - ihsanan yang artinya kebaikan atau berbuat baik ,ilmu ini membahas soal perasaan

Menurut istilah, ihsan ialah berbakti dan mengabdikan diri kepada Allah SWT atas dasar kesadaran dan keikhlasan.

Pelakunya disebut Muhsin.

Ihsan atau kebaikan tertinggi adalah seperti disabdakan Rasulullah Saw: "Ihsan hendaknya kamu beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, dan jika kamu tidak dapat melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihat kamu.” (HR. Bukhari).

Selain dalam hal ibadah kepada Allah SWT, ihsan juga bermakna akhlak atau perilaku baik kepada sesama sebagai pengamalan iman dan Islam. Rasulullah Saw bersabda

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بالله وَاليَومِ الآخرِ ، فَلاَ يُؤْذِ جَارَهُ ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ باللهِ وَاليَومِ الآخِرِ ، فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ باللهِ وَاليَومِ الآخِرِ ، فَلْيَقُلْ خَيْراً أَوْ لِيَسْكُتْ )) مُتَّفَقٌ عَلَيهِ

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan kepada hari akhir, hendaknya ia tidak menyakiti tetangganya, barangisiapa yang beriman kepada Allah dan kepada hari akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya, barangsiapa yang beriman kepada Allah dan kepada hari akhir, hendaknya ia berkata baik atau diam.” (Muttafaq ‘alaih).

KEBANYAKAN PEMAHAMAN AGAMA YG MUNCUL BELAKANGAN HANYA MEMPRIORITASKAN BAHASAN TENTANG ISLAM SAJA ATAU MASALAH ILMU FIQIH DAN , MESKIPUN ADA JUGA YG MEMBAHAS SAMPAI KE AQIDAH, NAMUN AQIDAH MEREKA BANYAK YG TELAH MENYIMPANG ,DAN MEREKA SANGAT MENGINGKARI TETANG IHSAN YG BERUJUNG PADA PELAJARAN ILMU  TASAWUF

Demikian Pengertian Iman, Islam, dan Ihsan sebagai Trilogi Risalah Islam. Wallahu a'lam bish-shawab

By: pak hendri.

KOSONGKAN HATI DARI SELAIN ALLAH

KOSONGKAN HATI DARI SELAIN ALLAH

فرغ قلبك من الاغيار يملاه بالمعارف والاسرار

Kosongkan kalbumu dari segala sesuatu selain Allah niscaya Dia akan mengisinya dengan ma'rifat dan rahsia.

(Syeikh Ibnu Atha'illah, Al-Hikam)

Syarah:
Kosongkan hatimu dari sifat-sifat ke makhlukan atau dari sikap yang bergantung kepada selain Allah.

Hapuskanlah bayang-bayang kebendaan dari hatimu, seperti dengan tidak menuju kepada selain Dia agar kau tidak merindukan apa pun darinya, kecuali Dia dan hanya kepada-Nya kau bergantung, niscaya Allah akan mengisi hatimu dengan makrifat dan rahasia Ilahi.

Allah berfirman:
“Dan orang-orang yang berjihad untuk mencari keredhaan kami benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar berserta dengan orang-orang yang berbuat baik. “
(QS Al-Ankabut 29: 69)

Hati tidak akan bersinar selama bayangan makhluk dan alam semesta masih terpampang di cerminnya. Kerana itu,  kosongkan hatimu dari bayang-bayang makhluk dan kebendaan agar ia tetap bersih sehingga cahaya makrifat dan rahsia Ilahi akan tampak dengan mudah.

[Syarah Syeikh Abdullah Asy-Syarqawi]

Jumat, 19 April 2019

Mengenal


Mengenal Dzat Allah
Pepatah mengatakan : Tak jumpa maka tak kenal, tak kenal maka tak cinta. Cinta kepada Allah semata. Cinta kasih adalah rahasia Allah.
Dia menciptakan insan dalam bayangan/rupa rahman (hadist Rosululloh).
Bagaimana caranya kita mengenal Dzat Allah? Dimana? Kemana kita harus mencari Dzat Allah? Apakah harus ke Mekkah ataukah ke negeri Cina? Apakah sedemikian jauhnya Dzat Allah itu berada?
Bagi umat Islam sebagai bahan rujukannya adalah Al Qur’an dan hadist Rosulullah.

BERDASARKAN AL QUR’AN ADALAH SEBAGAI BERIKUT :

1. BILA HAMBA-HAMBA KU BERTANYA TENTANG AKU KATAKANLAH BAHWA AKU DEKAT (AL BAQARAH 2 : 186).
2. LEBIH DEKAT AKU DARI PADA URAT LEHER (AL QAF 50 : 16).
3. KAMI AKAN PERLIHATKAN KEPADA MEREKA TANDA-TANDA (AYAT-AYAT) KAMI DI SEGENAP PENJURU DAN PADA DIRI MEREKA (FUSHSHILAT 41 : 53).
4. DZAT ALLAH MELIPUTI SEGALA SESUATU (FUSHSHILAT 41 : 54).
5. DIA (ALLAH) BERSAMAMU DIMANAPUN KAMU BERADA
(AL HADID 57 : 4).
6. KAMI TELAH MENGUTUS SEORANG UTUSAN DALAM NAFS (DIRI)-MU (AT TAUBAH 9 : 128).
7. DI DALAM DIRI-MU APAKAH ENGKAU TIDAK MEMPERHATIKAN (ADZ DZAARIYAAT 51 : 21).
8. TUHAN MENEMPATKAN DIRI ANTARA MANUSIA DENGAN QOLBUNYA (AL ANFAAL 8 : 24).
9. AKU CIPTAKAN MANUSIA DENGAN CARA YANG SEMPURNA
(AT TIN 95 : 4).

1. MAN AROFA NAFSAHU FAQOD AROFA ROBBAHU : Barang siapa mengenal nafs (diri) nya, maka dia mengenal Tuhan nya.
2. WA MAN AROFA ROBBAHU FAQOD JAHILAN NAFSAHU : Barang siapa mengenal Tuhannya maka dia merasa bodoh.
3. MAN TOLABAL MAOLANA BIGOERI NAFSI FAQODDOLA DOLALAN BAIDA : Barang siapa yang mencari Tuhan keluar dari dirinya sendiri maka dia akan tersesat semakin jauh.
4. IQRO KITAB BAQO KAFA BINAFSIKA AL YAOMA ALAIKA HASBI : Bacalah kitab yang kekal yang berada di dalam diri kalian sendiri.
5. ALLAHU BATHINUL INSAN, AL INSANU DHOHIRULLAAH : Allah itu bathinnya manusia, manusia adalah dhohirnya (kenyataannya) Allah.
6. AL INSANU SIRI WA ANA SIRUHU : Rahasia kalian adalah rahasia-Ku.
7. DALAM SETIAP RONGGA ANAK ADAM AKU CIPTAKAN SUATU MAHLIGAI YANG DISEBUT DADA, DI DALAM DADA ADA QOLBU, DALAM QOLBU ADA FUAD, DALAM FUAD ADA SYAGOFA, DI DALAM SYAGOFA ADA SIR, DALAM SIR ADA AKU, TEMPAT AKU MENYIMPAN RAHASIA.
8. LAA YARIFALLAAHU GHOIRULLAH : Yang mengenal Allah hanya Allah.
9. AROFTU ROBBI BI ROBBI : Aku mengenal Tuhan melalui Tuhan.
10. MAA AROFNAKA HAQQO MA’RIFATAKA : Aku tidak mengenal Engkau, kecuali sampai sebatas pengetahuan yang Engkau perintahkan.

Kamis, 18 April 2019

Naqsyabandi di Minangkabau


Masuknya Thariqah Naqsyabandiyah ke Minangkabau yaitunya melalui beberapa jalur, dan berikut adalah dua jalur tertua yang membawa Thariqah Naqsyabandiyah ke Minangkabau, yaitu berasal dari :

1.Syaikh Maulana Ibrahim bin Fahati al-Khalidi q s. Kumpulan , Pasaman.
2.Syaikh Ismail bin ’Abdullah al-Khalidi al-Minangkabawi q s. Simabur , Tanah Datar.



Untuk lebih lengkapnya bisa dilihat melalui jaringan genealogi intelektual dibawah ini

Tarekat Naqsyabandiyah memiliki beberapa cabangnya di Indonesia di antaranya Naqsyabandiyah Khalidiyah dan Naqsyabandiyah Muzahiriyah. Namun, yang berkembang di Minangkabau hanya tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah saja.
Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah dinisbahkan kepada Maulana
Syekh Khalid Dhiya’ al-Din. Syekh Khalid Dhiya’ al-Din atau yang lebih dikenal dengan Maulana Khalid Kurdi adalah khalifah dari Syekh ‘Abdullah Dahlwi atau yang dikenal dengan Ghulam ‘Ali ‘Abdullah Dahlawi. Syekh Khalid diangkat menjadi khalifah Ghulam ‘Ali ‘Abdullah Dahlawi untuk daerah Kurdistan dan Irak dari tahun 1811 M hingga ajal menjemputnya pada tahun 1827 M. Selama enam belas tahun berkhidmat sebagai seorang Syekh Naqsyabandiyah, Syekh Khalid telah mengangkat lebih dari enam puluh khalifah. Untuk Mekkah Syekh Khalid telah mengangkat ‘Abdullah al-Arzinjani atau ‘Abdullah Afandy sebagai khalifahnya. ‘Abdullah Afandy kemudian mendirikan sebuah zawiyah di Jabal Abi Qubais.

Pada zawiyah yang didirikan oleh Syekh ‘Abdullah Afandy di Jabal Abi Qubais inilah banyak para pelajar dari Indonesia masuk
tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah di sana, khususnya murid asal Minangkabau. Untuk meneruskan zawiyahnya, Syekh ‘Abdullah Afandy mengangkat seorang khalifah yaitu Syekh Sulayman al-Qarimi yang nantinya digantikan oleh Syekh Sulayman Zuhdi yang dikenal dengan Syekh Jabal Qubais. Selain Sulayman al-Qarimi, Syekh ‘Abdullah Afandy juga mengangkat khalifah asal Minangkabau yaitu Syekh Ismail Simabur dan Syekh Ibrahim Kumpulan.

Sumber : Chairullah Ahmad.


Rabu, 17 April 2019

Ilmu Syariat Saja Tak Cukup

Berjalanlah dirimu kepada Allah dengan berpakaian Syariat, Tarikat, Hakikat dan Makrifat. Syariat itu adalah pakaian Nabi, Tarikat itu adalah perjalanan Nabi, Hakikat itu adalah Batin Nabi dan Makrifat itu adalah rahsia Nabi. Berpakaian syariat sahaja tanpa hakikat adalah fasik, hakikat sahaja tanpa syariat adalah zindik. Seorang yang berada di Alam syariat sahaja adalah masih tertipu kerana apa yang dilihat dan didengar oleh Syariat tidak menjamin akan kebenaran Hakikat, justeru itu seseorang perlu menyelami lautan Hakikat dan tiada cara untuk menghubungkan antara Ilmu Syariat dan Ilmu Hakikat melainkan berilmu dan mengamalkan Tarikat. Apabila dadamu benar-benar memiliki rahsia Ilmu para Auliya, engkau akan memahami kenapakah mereka itu amat kuat takut pada Allah, amat kuat berpegang pada syariat, amat wara’ dalam setiap pekerjaan, amat zuhud pada dunia, amat redha dengan takdir Allah, amat kuat ibadahnya, amat baik akhlak jiwanya, amat kuat tawakalnya, amat tinggi syukurnya dan amat tinggi cintanya pada Allah dan Rasul. Mereka memiliki penglihatan yang tidak dapat dilihat oleh Mata Biasa, ia melihat dengan Nur yang dicampakkan ke dalam dada oleh Allah Swt sehingga tembus penglihatannya pada Alam rahasia dan mendapatkan karunia FANA dan BAQA ia dengan Allah 'aza wajalla. Maka fahamlah ia rahsia cahaya di sebalik cahaya. Berbahagialah mereka yang mencapainya dan merekalah yang sebenarnya telah mencapai kejayaan Hakiki baik Dunia atau Akhirat.

Karna ilmu syariat saja tak cukup, maka kita lakukan peningkatan dengan menyelami ilmu hakikat.

Karna mancing di tabek atau danau saja tak cukup, mari kita lakukan peningkatan mancing dilaut.  hehehe..

Melihat laut tampak ombak dan buih.
Laut, ombak, dan buih yang pada hakikatnya adalah wujud air semata2.
Maka memandang jua insan kedalam dirinya...
Ruh memandang jasad, insan memandang tubuh.
Apa yang tampak?

Wafi amfusikum afala tubsirun.

Senin, 15 April 2019

Muhasabah Diri

مَا نُزِّلَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِذَنْبٍ وَلاَ رُفِعَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِتَوْبَةٍ

“Tidaklah musibah tersebut turun melainkan karena dosa. Oleh karena itu, tidaklah bisa musibah tersebut hilang melainkan dengan taubat.”

Saatnya muhasabah diri dan kembali sebenar2 kembali (taubat nan hakiki yaitu hanya menyandarkan wujud kepada Allah semata2)
Kita sering bertanya: Kenapa Tuhan disebut Yang Maha Ada? Jawabannya adalah: karena selain Tuhan sebenarnya tidak ada apa-apa lagi. Dalam artian, tidak benar-benar ada dalam arti yang sebenarnya. Selain Tuhan, semuanya hanyalah penampakan, tidak ”benar-benar ada” dalam arti hakikinya.

Dan karena semua wujud materi hanyalah penampakan, maka yang terdekat dengan anda saat ini bukanlah layar monitor smartphone anda, juga bukan jari tangan anda sendiri, juga bukan urat leher anda. Yang terdekat dengan anda saat ini adalah Tuhan. Karena urat leher anda hanyalah penampakan. Yang benar-benar ada adalah Tuhan.

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya.” (QS. 50:16)
Keberadaan Tuhan dan ‘keberadaan’ kita tidak berjarak, karena sesuatu Yang Maha Ada tidaklah berjarak dengan sesuatu yang tidak benar-benar ada dalam arti yang sebenarnya.

Yang Maha Ada meliputi yang tidak benar-benar ada. Yang tidak benar-benar ada tidak bisa lepas dari Yang Maha Ada. Yang Maha Ada tidak mungkin diserupakan dengan yang tidak benar-benar ada. Dan yang tidak benar-benar ada tidak mungkin menjadi Yang Maha Ada.

Penampakan ini, selain membuat manusia menyadari ‘keberadaan’-nya, yang membuatnya menjadi ‘entitas’ baru yang membedakannya dengan Tuhan, sekaligus juga menjadi tabir penghalang untuk menyadari keberadaan Tuhan.

Penampakan ini bagaikan hijab terbesar antara manusia dengan Tuhan. Meskipun secara hakiki hijab materi ini sendiri hanyalah persepsi indera manusia, namun nyaris seluruh manusia akan sulit terbebas dari persepsi ini. Paham filsafat materialisme memperparah kondisi ini. Tak heran jika nyaris seluruh manusia akan tertipu dengan dunia penampakan ini. Nyaris tak ada manusia yang menyadari bahwa dirinya saat ini terhijab oleh penampakan dunia...kalau tdk menyadari keberadaan Allah..Semoga Allah ridho aamiin..

By: Abah Firdaus Jannah

Tanyo: Jadi makrifat yang sebenarnya bagaimana?
Jawab: Cari guru mursyd untuk menguraikannya

Berziarah ke makam Awliya

Berziarah ke makam Awliya.. atau Solihin

pasti ketika kita ke makam ulama adalah mendoakan, terus bagaimana dengan hajat hajat kita apakah boleh memudahkan untuk terwujud? yang pasti terwujud atau tidak sangat tergantung dari Allah bukan dari ulama yang sudah meninggal tersebut. lha terus gunanya untuk apa pergi ke makam para ulama ? ke makam ibaratnya kita pergi ke rumah kawan dan membawakan sejumlah makanan atau oleh-oleh. Tidak ada pengharapan dari apa apa dari kawan kita tersebut, karena memang kawan yang kita kunjungi tidak bisa memberikan apa apa.

lha terus apa manfaatnya pergi ke makam para ulama? kalau memang tidak memberikan manfaat apa apa. Yang pasti ulama tersebut adalah kekasih Allah SWT, dan siapapun yang memberikan doa kepada Beliau pasti Sang Kekasih akan mengasihi siapapun yang datang ke makam Beliau. Bagaimana jika anda ikut di kasihi Allah seperti Ulama tersebut dikasihi Allah. Itulah manfaat terbesar kita datang ke makam para wali atau kekasih Allah.

terus manfaat lain apalagi, ya manfaat lain yang dapat kita ambil adalah kesamaan frekwensi dengan ulama tersebut jika kita juga sama sama ke Allah. jadi ke makam bukan untuk minta yang punya makam tapi untuk menyamakan frekwensi. jika frekwensi sama maka dengan ijin Allah kita akan tervibrasi oleh karomah karomah yang pernah di dapat wali tersebut dari Allah. Jika kita tervibrasi maka energinya akan kita dapatkan juga.

jadi jangan minta pada wali yang sudah meninggal tersebut tapi cukup samakan frekwensinya dengan terus ke Allah selama di makam (bisa anda gunakan Dzikir Nafas sebagai toolnya), nanti akan secara otomatis kita akan tervibrasi. dan akan mendapatkan energinya

kesalahan fatal para peziarah adalah tidak adanya frekwensi ke Allah, justru malah peziarah tersebut fokus ke wali atau ke makam. tentunya hal ini menyebabkan perbedaan frekwensi sehingga peziaran tidak mendapatkan apa apa. kalau mau jujur , boleh ditanyakan pada mereka yang suka ziarah ke makam wali tapi tidak ada kesamaan frekwensi , kalau ditanya apa yang di dapat dari ziarah tersebut, pasti jawabannya tidak mendapatkan apa apa. yaa mungkin hanya nilai wisata saja yang dia dapat nilai spiritualnya pasti tidak di dapat.

By: Abah Firdaus Jannah

Maka telah berkata para Arifbillah :
" Tatkala kamu datangi guru yang masih hidup, maka kan kamu dapati ilmu dan kefahaman, dan pabila kamu datangi guru yang telah meninggal/ziarahi makam Guru , maka akan bertambah dalam makrifatmu "


Adakah Kita Ini?

Adakah kita ini?

Saya bertanya dlm diri ku, kan sya tidak minta dilahirkan ke dunia, knapa sy masih harus bersyareat begini dan tdk boleh begitu.........Aku jawab, kau siapa? Kenapa ngaku ngaku ada dilahirkan? Kenapa ngaku-ngaku disuruh-suruh? Dilarang-larang? Siapa yg nyuruh? Siapa yg melarang? Andai saja kau tau siapa dirimu, kau tdk akan berteriak seperti itu.

Saya terangkan dgn satu perumpamaan sederhana saja. Jika ada sebuah beling (kaca) berbentuk botol, yg ada itu, kaca atau botol? Yang ada itu beling (kaca) yg berbentuk botol. Botol hanyalah nama. Botol itu TIDAK ADA, yg ada hanyalah beling (kaca) yg berbentuk sesuatu yg DINAMAKAN BOTOL. Coba kita tarik dg masalah kau, kau diibaratkan dgn botol, sedangkan kaca diibaratkan dg wajah Allah....

Kalau botol itu tidak ada dan hanya nama saja, dan yg ada adalah kaca atau beling berarti kau itu tidak ada, sebab kau hanyalah wajah Allah yg dinamakan manusia. Jika kau merasa ada berarti hanya mengaku ada. Jika mengaku ada, maka wajar kalau kau bertanya seperti itu.

Ketahuilah, bahwa Tuan yg bernama Allah itu bukan sesuatu, tidak sama dg makhluk, dan makanya tidak mampu akal menjangkau. Tuan yg bukan sesuatu itu mewujud berupa sesuatu. Sesuatu itulah yg dinamakan alam semesta termasuk kita. Jadi kita itu hanyalah tanda Allah.

Jika rasa ego muncul maka kau masih tetap aku yg mengaku ada dan hidup. Namun jika Allah berkenan, maka rasa Allah itu muncul dan menghapus akumu. Jadi, rasa aku mu itulah yg mesti dibuang sebagai tanda bahwa kau itu sebemat nya tidak ada. Jika kau sudah tidak ada, maka otomatis rasa Allah muncul menggamtikan akumu itu. Jika aku mu sudah tidak ada, jelas kau tidak akan berteriak seperti diatas, sebab bagaimana mungkin yg tidak ada bisa berteriak?

Sumber : Abah Firdaus Jannah

Sebuah renungan buat orang yang mnyandarkan wujudnya kepada Allah

Antara dukun dn orang beriman mana yg lebih hebat ?..kalau secara teori jelas orang beriman, tapi secara kenyataan dukun yang lebih sakti. dukun bisa menyembuhkan orang sakit, bisa kebal, bisa menebakn barang yang hilang, bisa menyembuhkan orang sakit jiwa, bisa meramal.. dan ternyata banyak kemampuannya. sedangkan orang yang mengaku beriman kadang hanya bisa mengeluarkan dalil dari quran dan hadis tanpa memiliki kekuatan iman untuk menyembuhkan, untuk meramal, untuk menolak santet, untuk kebal dan lain sebagainya.

Kalau nalar logis kalau dukun mengandalkan jin bisa ini dan itu, kenapa orang beriman yang mengaku beriman mengandalkan Allah tidak bisa ini dan itu. maka bagaimana kita mau mengajak masyarakat untuk beriman kepada Allah sedangkan dukun lebih hebat dari pada orang yang mengaku beriman,berislam….?

Iman harus ada buktinya, buktinya apa, ya kita harus membuktikan bahwa Allah sang perkasa untuk memohon kekebalan, sang pemberi ilham untuk meramal, Sang penyembuh untuk menyembuhkan, dan lain lain. jika kita berhadapan dengan seorang dukun kemudian dukun tersebut mengajak kita untuk beradu kesaktian, kira kira kita berani apa tidak?! misalnya dukun menyantet kita kemudian kita mengggunakan kesaktian kita untuk menangkal santet  terebut dengan keimanan kita, kira kira kita berani apa tidak?!

Kalau kita ingin menghilangkan kesyirikan, khurafat dan hal hal yang demikian di masyarakat maka kita harus lebih sakti dari pada dukun, paranormal atau sejenisnya. jangan hanya berani ngomong di depan podiom mereka sesat, mereka masuk neraka, mereka musyrik…. tanpa ada bukti sejauhmana kekuatan keimanan kita kepada Allah..Renungi lah semoga bermanfaat dn mendapat ridho nya aamiin..

Sumber : Abah Firdaus Jannah

Hubungan Perut dengan Energi

Kt mmiliki 2 bagian tubuh jasmani dn rohani.jasmani adalah penghubung energy bumi kerna dr zat itu kt di cipta kn.rohani adalah penghubung energy langit.petemuan 2 mcm energy ini terjadi ddalam perut sekitar pusat.maka pusar ini jg di sebut pusat pertemuan 2 mcm energy ini. Perlu di seimbang kn utk membakar energy negatif di daerah perut.kerna dr sana lah pusat mcm2 penyakit.nabi mengingat kn smua penyakit berawal dr perut.kenyataan2 ini smua hrus kt seimbang kn dgn bantuan doa dn pasrah beserah sepenuh nya utk mjadi kn energy yg kt olah agar bisa kt guna kn utk mlindungi diri dr bbagai kejahatan dr brbgai mahluk allah termasuk kejahatan yg berada dlm diri kt sendiri
Di-antara keajaiban imam ghazali mengata kn manusia adalah alam kecil. Terlalu banyak keajaiban manusia sebagai ciptaan Allahu Rab,di-antara nya bahwa di-dlm diri manusia ada sekumpulan energy ghaib yg memancar selama ruh msh di-izin kn Allah berperan dlm diri manusia.
Dn ternyata energy gaib tersebut memiliki simpul2 yg terpancar dlm di-sekeliling diri manusia para sufi/wali mengata kn latifah2 ilmu kedut adalah merupa turunan atau hasil explorasi dr kemuliaan ilmu para wali yg khusus di-tuju kn dalam rangka pemberian manfaat buat sesama manusia buat jaga diri dn pengobatan dlm erti kata yg luas. Khusus kedut harus melalui penyelarasan.
Setiap titik lathifah memiliki Energy masing2 yg beragam tersebut dgn pancaran fokus pd lathifah yg ada di-bawah 2 jari pusat dgn kedut maka kekuatan pancaran nya akn terjadi sgt luar biasa.
Insya Allah saya jamin bukan isapan jempol.....tapi fakta semoga bermanfaat yg mempelajari nya...

By: Abah Firdaus Jannah

Alam Kesadaran Manusia

Kesadaran manusia pada Ilahi sangat luar biasa...
sungguh luar biasa alam kesadaran manusia , jika saja setiap manusia bersedia meKesadaran manusia pada Ilahi sangat luar biasa... sungguh luar biasa alam kesadaran manusia , jika saja setiap manusia bersedia memasuki nya maka dirinya akan mampu mempengaruhi alam sekitarnya. manusia memiliki kesadaran luas yaitu suatu kesadaran tidak terikat. seperti batu yang kita masukkan kedalam kubangan air ada gelombang yang membesar membesar dan membesar membuat sebuah gerakan yang dapat memvibrasi air disekitarnya. semakin luas kesadaran kita maka vibrasi itu juga semakin luas. getaran luas itu dapat di picu atau dibangkitkan dengan memancarkan sinyal kepada Allah sang pemilik alam, dari sinilah nantinya akan disiarkan ke seluruh alam. latihan menggetarkan alam ini misalnya dengan mendoakan seluruh mukminin seluruh muslimin. Semoga diampunkan dosa nya. asal doa ini dilakukan dengan pancaran keikhlasan ke Allah maka vibrasinya akan sampai kepada seluruh umat islam. kesadaran yang mennggetarkan dapat kita lakukan setiap saat setiap perbuatan kita, orang yang hidupnya penuh dengan kesadaran luas akan menjadi orang yang penuh kekuatan selalu bersemangat dan penuh wibawa….apa yang diinginkannya sudah langsung direspon oleh alam apa yang dipikirkan sudah di respon oleh alam....semoga bermanfaat dgn selalu menyadari keberadaan Allah yg maha dekat...sehingga jiwa terasa tdk memiliki apa2 lagi selain Zat,Sifat,Asma' dn Af'al nya...bi iznillah kita bisa. Sumber: Bapak Firdaus Jannah
Suka · Balas · 2 · 5 Februari pukul 13:43
Tengku Mudo Al-Khalidi
Tengku Mudo Al-Khalidi Sebuah ajakan agar kita selalu menyadari Allah...walau banyak di antara kita yg sudah tahu...tetapi yg menyadari Allah sedikit sekali tdk terkecuali diri saya sendiri dr itu saya mengajak bukan mengajar kerna saya hanya insan seperti anda..semoga tulis saya bermanfaat utk sahabat agar tdk lalai dr menyadar kn diri pada Allah...
By:  Abah Firdaus Jannah

Vibrasi adalah Getaran... Sprt halnya perbuatan baik memberi doa kebaikan kpd orglain adalah vibrasi.. Vibrasi Yg di pantulkan Doa tsb sebenarnya utk dirimu sendiri.. Vibrasi quantum, dalam arti kata "Barang siapa menanam kebaikan/berkirim alfatiha maka ia akan memperoleh hal yang sama pula, yakninya kebaikan pula.

Nb: Kekuatan alam kesadaran kpd illahi mampu megubah suasana alam sekitar,Kekuatan ko adlh anugerah Allah sjak dr lahir,agar manusia mampu melawan musuhnya yg nyata,,Innassyaitana 'uduwum mubiyn fattakizuhu 'uduw.Ssungguhnya syaitan itu musuhmu yg nyata maka jadiknlah ia sbg musuh.A'uzubillahi minassyaithanir rajim,aku berlindung kpd Allah dari syaithan yg terla'nat,kalimat ko meghantarkn kito kpd kesadaran penuh untuk terhubug kpd Allah sbg benteng terkokoh dr godaan syaithan.

Saperti apa ikhlas itu?

Saperti apa ikhlas itu?
Sedang kan kita ikhlas atau tdk tetap saja itu milik Allah..lalu bagaimana aku menyata kan AKU ikhlas...kalau saja aku merasa ikhlas ini membawa erti bahwa aku masih merasa memiliki sesuatu dn aku berikan dgn ikhlas...bagaimana dgn solat ku yg aku menyata kan aku ikhlas utk Allah?...sedang kan solat zakat derma itu kesemua datang daripada Allah jua terjadi oleh irodat dn qudrot nya...

Ikhlas menyata kan Rahsia pemberian Allah kepada Insan tanpa mengharap kan balasan atau apa2 pun dari hamba nya sebagai membawa rahsia nya..jadi jgn pernah merasa diri ikhlas..kita harus malu sama Allah...mengaku tdk punya apa2 lalu apa nya yg di-IKHLAS kan kerna semua milik Allah...

Coba perhati kan kata2 Allah ini (QULHU HUWALLAHU AHAD) kaji kan baca dgn kesadaran jiwa insya Allah akan terbuka kesadaran kita tentang ikhlas
Sebagai contoh ucapan nabi Daud as ketika berdailog dgn tuhan nya...wahai Allah bagaimana aku mensyukuri nikmat mu,sedang kan semua nya itu daripada engkau dn kepada engkau dn hanya utk mu jua...lalu Allah menjawab nya :sekarang baru lah engkau benar2 dlm mensyukuri nikmat ku yg kuberi pada mu...semoga Allah ridho aamiin.

By: Abah Firdaus Jannah

Tanamkan kesadaran Ilahi

Tanam kan kasih, yg tumbuh jg kasih sayang, tanam kan kebencian yg datang jg kebencian..Tanamkan kesadaran Ilahi yg wujud Allahu Robbi akan segala wajah nya.

By: Abah Firdaus Jannah.

Nur bi Nasab dan Nur bi Ilmi


Nur Kanjeng Nabi itu ada dua, Ada Nur bi Nasab, ada Nur bi Ilmi.
1.Nur bi Nasab yang dibawa oleh para keturunan Nabi Muhammad Saw, yakninya para Sayyid dan Syarif yang lebih dikenal dengan sebutan Habaib. Ini berdasarkan NASAB.

2.Nur bi ilmi yang dibawa oleh para ulama, yakni yang memiliki keterikatan hubungan mata rantai silsilah keilmuan yang mana terhubung dengan Nabi Muhammad Saw yang lazim disebut silsilah muttasil. Ini berdasarkan SANAD.

Abah Firdaus Jannah berkata:
"Sebenarnya menurut keyakinan ku, hakikat sejatinya Mursyid itu bukan Zahiriahnya Guru. Tetapi Nur Allah (Nuurun ‘Ala Nuurin) yang berada di dalam Ruhani guru, dan itu diwarisi dari guru-guru sebelumnya hingga sampai ke Rasulullah SAW".

Wujud


Wujud...
Mengakui ada wujud lain selain Allah adalah dualisme dn musyrik..pengakuan ada Allah dn di satu sisi ada AKU itu sama membatasi kemutlakan Allah SWT. Apakah yg maha mutlak itu berbagi ruang dn tempat dgn yg lain? Tdk bisa di sebut mutlak kalau berbagi ruang, tempat dn waktu dgn yg lain..
Bukan kah Allah itu Huwal Awalu,Huwal Akhiru Al zhohiru Al Bathinu..Bukan lah yg mutlak kalau ada ruang yg khusus yg bukan diri nya sendiri..sehingga para Sufi tdk mahu mengklaim diri nya di satu sisi ada dia..itu sama membatasi keemutlakan Allah. Maka itu para sufi mengerti kn Laa illaha illa Allah dgn pengertian Tiada wujud hanya Allah..
kerna yg nyata kesemua nya itu hanya tajali nya dlm bentuk lain oleh kerna itu adalah lahu kufuan Ahad penuh ruangan di mana2 pun mengcakupi DIA kalau DIA itu mutlak tdk ada sekecil dn sehalus apa pun yg bukan diri nya..Dgn demikian Laa Illa Illa Allah menurut para sufi Tdk ada yg wujud selain Allah.

Sumber: Abah Firdaus Jannah

Jangan asal berguru

Masing-masing tarekat memiliki otoritas sendiri-sendiri dalam mengelola dan membina syiar tarekatnya.
Janganlah kita dibutakan oleh penampilan luar seseorang yang mengakui/diakui mursyid hanya dari omongan serta karena adanya provokasi/pecitraan dirinya ("tebar pesona") tanpa melihat dan menyelidiki secara mendalam latar belakangnya serta sejarah hidupnya yang sebenarnya.

Cek kebenarannya. Jangan asal berguru.

Kisah Syekh Burhanuddin dan Penyebaran Islam di Minangkabau

Kisah Syeikh Burhanuddin dan Penyebaran Islam di Minangkabau

Syeikh Burhanuddin yang bernama asli Sipono (si Panuah /Samporono) bukan penduduk asli yang manaruko di Ulakan tetapi dia datang dari Guguak Sikaladi Pariangan Padang Panjang Tanah Datar ayahnya Pampak Sati Karimun merah bersuku Koto dan Ibunya Cukuik Bilang Pandai bersuku Guci yang sejak 256 tahun sebelumnya sudah merupakan daerah kerajaan Pagaruyung sekitar 30 KM ditimur Pariangan.

Neneknya bernama Puti aka Lundang keturunan Putri bangsawan kakeknya bernama Tantejo Gurhano.

Dari pasangan ini lahirlah ayahnya Pampak Sati Karimun Merah merupakan seorang Datu pandai obat.

Sementara neneknya Puti aka Lundang bersuku koto garis keturunan dari kuweak di Batu Hampar putiah lereng gunung merapi.

Kehidupan sehari hari si pono kecil tidak ubahnya seperti anak seusianya yang selalu bejajar dan bermain. namun, ada kekhususan yang setiap malam diajarkan ayahnya yaitu ilmu kebathinan dan kedigyaan bela diri silat. Dimana bekal pelajaran inilah yang dia sisipi pada pengembangan agama kelak.

Kecelakaan yang Merubah Hidup

Ada kelebihan dari sipono bahwa dia selalu tidak mau menerima apa adanya dia selalu berfikir dan bertanya dan banyak waktunya dia habiskan di bukit untuk merenung sambil menggembala kerbau sehingga suatu ketika sirangkak nan badangkang (Harimau) mengintai untuk memangsanya, namun berbekal pelajaran beladiri dari ayahnya sipono bisa mengusir harimau tersebut namun malang baginya urat kakinya putus terkena kuku sirangkak. Sehingga akibat peritiwa itu dibawanya hingga akhir hayat dan dia mendapat gelar baru oleh teman temannya si pincang.



Mula Mengenal Agama Islam

Secara garis besar agama Islam telah masuk ke Pulau Perca (Asia) dan disebarkan di Aceh 300 tahun sebelum sipono lahir. Namun, agama baru ini tidak bisa menyentuh sendi kehidupan daerah darek yang masih memeluk agama Hindu dan Budha yang kuat, namun ulama dari timur bisa menembus pedalaman Pakan Tuo batang Bangkaweh yang merupakan salah satu jalur perdagangan kala itu.

Untuk membekali keterampilan hidup, setiap hari pekan Sipono selalu dibawa ayahnya pergi ke pasar Tuo Batang Bangkaweh, disini dia dipertemukan pada seorang gujarat yang disebut dengan “Illapai” untuk belajar berniaga.

Kiranya Illapai ini memasukkan fahammnya pada Sipono dan sipono tertarik untuk mendalaminya dan sejak saat itu bermulalah perjalanan hidup si Pono.

Suatu ketika Illapai menceritakan bahwa ada guru yang lebih pandai darinya di negeri rantau pesisir Minangkabau yaitu seorang ulama dari mekah yang terkenal dengan sebutan Tuanku Madinah. Sedang mengajarkan agama Islam.

Cerita ini menarik minat sipono maka diutarakanlah niat tersebut pada Ayahnya untuk belajar agama Islam di Tapakis pada Tuanku Madinah.

Melihat semangat anak kesayangannya dan hiba membayangkan anaknya yang selalu di perolok-olok kan temannya karena pincang, maka niat tersebut dikabulkan oleh ayahnya untuk pindah sekaligus membuka lapangan usaha di daerah baru.

Berangkatlah keluarga ini 6 rombongan menyelusuri hutan mengiliri batang air melewati nagari Malalo (Singkarak) dan turun gunung sampai Nagari Asam Pulau dan terus mengiliri anak sungai Batang Anai sampai kenagari Sintuak Lubuk Aluang.

Di Sintuak, merupakan nagari yang pertama mereka tempati dan menetap di perantauan. Karena ditempat ini kehadirannya diterima, maka mulailah mereka menjalani kehidupan dengan menggembala kerbau.

Karena setiap hari kerjanya mengembala kerbau, diusianya yang kesebelas tahun maka sipono tidak banyak bergaul dengan orang lain Sehingga, dia bagaikan mengasingkan diri disamping setalian untuk menghindari cemoohan orang akan kondisi kakinya yang pincang.

Padang gembalaannya semakin hari semakin jauh dan tidak terbatas di Sintuk saja melainkan melebar sampai ke Tapakis yaitu daerah antara Sintuk dan Ulakan kini.

Dipengembalaannya di Tapakis sipono mendapat teman bermain orang ulakan yang berasal dari Tanjung Medan yang bernama Idris yang kelak diberi gelar Khatib Majolelo dan menjadi teman setianya ketika kembali dari Aceh dan menjadi tulang punggung dalam penyiaran Islam di Ulakan.

Dari si Idris inilah si pono banyak mendapat informasi tentang keberadaan Yah Yudi Syeikh Abdul Arif yang digelari Tuangku Madinah karena berasal dari Madinah Tanah Arab dan pada Syeikh ini, Sipono belajar agama Islam.

Karena kecerdasannya dan kemauannya yang kuat dalam mempelajari agama, maka dengan cepat si pono berhasil menguasai semua pelajaran yang diberikan Tuanku Madinah. Dan pada suatu jumat gurunya menyuruh sipono untuk menjadi Imam dan memimpin guru serta teman teman seperguruannya shalat berjamaah, dia berhasil melaksanakan tugas tersebut tanpa cela sehingga hati syeikh Madinah senang dan mengajaknya berbicara serius dengan mengatakan bahwa ilmu yang dimilikinya belum lengkap untuk itu sipono hendaknya pergi berguru ke Aceh menemui Syeikh Abdurrauf di Singkil.

Sekaitan dengan berkembangnya ajaran Islam di Ulakan masyarakat mulai tidak menyenangi Sipono yang imbasnya juga terhadap keluarga Pampak keseluruhan, untuk itu inisiatif sipono pergi ke Aceh disetujui ayahnya agar bisa menghindari kemarahan masyarakat yang mulai main kasar. Bahkan, ingin membunuh si pono karena ajaran islam tersebut menghalangi adat kebiasaan mereka dalam berjudi dan bersabung ayam.

Bagi orang tua kapergian sipono ke Aceh sama saja dengan kehilangan anak untuk selamanya. karena, Aceh itu jauh dan medannya sangat berat dan berbahaya sehingga kepergian sipono bagaikan pamit untuk mati yang tidak kembali lagi.

Perjalanan ke Aceh

Perjalanan ini dilepas oleh orang tua dan sahabat karibnya Idris dengan perasaan galau dan kehilangan.

Mendapati situasi seperti ini sipono berpesan jangan bersedih bahwa dia akan kembali terutama pada sahabatnya si  Idris yang berjanji akan menanti kedatangan si pono sahabatnya.

Dengan bekal keberanian dan keyakinan yang kuat untuk menambah ilmu Agama kepada Syeikh Abdurrauf di Aceh maka hutan rimba belantara  bukit barisan dia jelajahi tanpa mengenal lelah siang berteman matahari malam berselimut embun dengan bilangan hari minggu dan berganti bulan akhirnya Pakiah Pono bertemu dengan empat orang  yang juga sehaluan jalan.

Keempat orang tersebut berhenti ditepi jalan menunggu Pakiah Pono melewatinya, melihat perawakan dari ke empat orang tersebut hati Pakiah Pono sama sekali tidak ciut meski dalam hatinya bertanya tanya mengapa mereka berhenti, padahal dia sudah bersengaja berjalan lambat-lambat agar tetap berada dibelakang.

Ketika sudah dekat dengan sopan Pakiah Pono menyapa mereka sambil menghatur sambah tangan di depan dada yang dibalas dengan sopan pula oleh keempat orang tersebut dan saling bertanya darimana berasal dan kemana tujuan.

Setelah berkenalan dan mengungkap nama masa kecil serta gelar yang disandang kemudian berbincang-bincang tentang arah tujuan yang kiranya sama-sama hendak menuntut ilmu pada Syeikh Abdurrauf di Singkil Aceh.

Karena kepintaran berdiplomasi si pakiah Pono, maka atas kesepakatan mereka berlima ditunjuklah pakiah Pono menjadi pimpinan Rombongan hingga sampai di Aceh Singkil.

Adapun teman berempat yang bertemu pakiah Pono adalah Datuak Maruhun Panjang dari Padang Gantiang Batu Sangka, Sitarapang dari Kubuang Tigobaleh Solok, M. Nasir dari Koto Tangah Padang (Koto Panjang), Buyuang Mudo dari Bayang Salido Banda Sapuluah.

Tiba di Singkil Aceh

Pakiah Pono, Datuak Maruhun Panjang dari Padang Gantiang Batu Sangka, Sitarapang dari Kubuang Tigobaleh Solok, M. Nasir dari Koto Tangah Padang (Koto Panjang), Buyuang Mudo dari Bayang Salido Banda Sapuluah akhirnya tiba di Singkil, mereka langsung menemui Syeikh Abdurrauf di kediamanya sekaligus mengutarakan maksud kedatangan mereka berlima.

Awal mula yang menemui Syeikh Abdurrauf adalah sahabat pakiah Pono yang berempat namun mereka mengatakan kedatangan mereka berjumlah lima orang maka menyusul muncul pakiah pono yang kakinya cacat kecil sebelah akibat peristiwa masa kecil.

Melihat kedatangan pakiah Pono dengan sembah sujud berbudi Syeikh Abdurrauf teringat akan pituah gurunya bahwa nanti akan ada calon muridnya datang dari arah selatan yang nantinya akan menjadi penyuluh agama mewarisi ajarannya untuk dikembangkan dari pesisir Aceh ke selatan dimana yang satunya cacat namun pintar dan berbudi pekerti yang tinggi.

Maka tanpa ragu sang Mufti langsung menerima kelima orang ini menjadi murid dan di persilahkan masuk ke surau mengambil tempat untuk tinggal.

Alangkah gembiranya mereka kerena mendapat restu belajar dan sambil berlari mereka berebutan mengambil lokasi dimana keempat orang tersebut berebut mengambil lokasi ditiap sudut sementara si pakiah Pono tenang tidak berebut tempat sehingga dia tidak kebagian lokasi.

Melihat prilaku pakiah Pono yang bersahaja menimbulkan kagum dari sang Syeikh dan akhirnya si pakiah Pono di anjurkan tinggal di rumahnya saja.

Ma’rifat berguru:

“Murid laksana mayat ditangan yang memandikan”

Sebuah pembelajaran yang diterapkan oleh Syeikh Abdurrauf dengan mudah dipahami pakiah Pono, apalagi pakiah Pono dapat menjabarkan hakikat pelajaran tersebut dengan metoda yang bisa dipahami dengan mudah oleh orang awam.

Apalagi latar belakang pakiah Pono yang berasal dari keluarga bangsawan dan keahliannya dalam mengolah alam buah pembelajaran keras yang diberi ayahnya Pampak Sati Karimun Merah, anak Tantejo Gurhano seorang Datu sakti di Pariangan sangat berguna diterapkan di pesantren. Sehingga, Syeik Abdurrauf mempercayakan pakiah Pono untuk  mengurus keperluan pesantren, dari  membuat  dan memelihara ikan di kolam, berkebun dan kesawah juga menggembala sapi kepunyaan sang Syeikh. Hal itu dia lakukan tanpa membantah, karena pakiah Pono menyadari dalam ilmu tareqat apapun alirannya dalam menuntut ilmu “murid dihadapan guru ibarat mayat di tangan orang yang memandikannya” semakin tinggi kepatuhan seorang murid terhadap guru maka semakin tinggi keyakinannya pada dirinya sendiri. Sehingga, tanpa disadari terbuka hijab ilmu Allah dan dasar inilah yang memunculkan kejadian-kejadian yang tidak terduga terjadi.

Makanya, tiap orang yang mendalami ilmu tareqat berlainan kelebihan-kelebihan yang dia dapatkan. Karena, ilmu tersebut dia dapatkan hasil dari hijabah yang dilakukan sendiri sehingga walau dengan gurunya sekalipun penampakan kelebihan itu tidak sama.

Secara harfiah Tareqat maknanya adalah Jalan atau cara dimana dalam hal ini dinisbatkan untuk jalan mendekatkan diri pada Allah.

Ya Tuhanku, Engkaulah yang aku tuju,

Keridha’anMulah yang  aku cari,

Kuharapkan kasih sayangMu,

Serta mengharapkan menjadi hambaMu yang senantiasa cinta dan terdekat dengan Mu.

Untuk mencapai ini dalam ilmu tashauf dibutuhkan seorang mufti atau guru pembimbing yang bisa dipercaya secara lahir maupun bathin. Karena, menyangkut penyerahan kehidupan sang murid secara bulat.

Setelah penyerahan ini sang murid telah menghipnotis dirinya untuk tidak lagi menguasai dirinya secara penuh. maka, disinilah letak terbukanya hijab Allah karena sang murid hidup dalam keadaan sadar dalam ketidak sadaran dalam artian dia sadar sesadar sadarnya disaat raganya berada tidak dalam kekuasaan otak kecilnya yang penuh logika secara penuh melainkan dikuasai oleh otak besar yang memiliki gelombang penglihatan tanpa batas.

Untuk ujian kepatuhan ini Syeikh Abdurrauf menguji siswanya dengan merendahkan martabat sang siswa dengan cara menyuruhnya menyelam di kolam tempat pembuangan tinja ratusan penghuni pesantren.

Dalam ujian ini tidak seorangpun dari siswa pesantren yang mau melakukannya kecuali pakiah Pono.

Dalam hikayat, suatu hari Syeikh Abdurrauf menguji santrinya dengan memanggil dan menyuruh mereka untuk mengambil bejana yang menurut sang Syeikh jatuh di WC pesantren yang penuh kotoran manusia.

Dari sekian banyak santri hanya pakiah Pono-lah yang mau sepenuh hati menyelami WC penuh tinja tersebut tanpa memperhitungkan bau busuk kotoran dan menyerahkannya pada sang Guru setelah dia samak dan bersihkan.

Maka berbinarlah mata Sang guru karena dia mendapatkan murid yang benar-benar akan bisa mewarisi aliran ilmu yang dia pelajari dan pahami selama ini.

Ketika Syeikh Abdurrauf dapat undangan ke sebuah pulau maka dia bergegas pergi dengan beberapa santri dan berpesan pada santri yang tinggal agar menyuruh pakiah Pono menyusulnya kepulau tersebut.

Mendapat tugas dari sang guru yang dia junjung tinggi, pakiah Pono bergegas ke tepi pantai, tetapi setiba di tepi pantai dia tidak mendapat sebuah perahu-pun untuk bertolak ke pulau.

karena pakiah Pono cucu Tantejo Gurhano sang Datu ternama Pariangan, maka menguasai alam bukanlah sesuatu yang sulit apalagi dengan bekal pengetahuannya tentang sari’at Islam dan pemahamannya akan maksud kandungan Alqur’an sudah sangat mendalam dan jabaran dari ma’rifat asmaul husna sudah dia pecahkan, maka atas izin Allah dengan keyakinan penuh tubuhnya menjadi ringan seringan kapas dan dia bisa berjalan diatas air seakan-akan ada kayu penyangga yang menopangnya saat dia melangkah menuju pulau, Peristiwa ini disaksikan oleh santri baik dari daratan maupun di seberang pulau  sehingga ini menjadi salah satu kekeramatan pakiah Pono.

Kejadian serupa juga terjadi disaat pakiah Pono sedang membetulkan atap rumah dimana ada potongan kayu terjatuh dan akan mengenai anak gadis sang Guru maka dengan seketika pakiah Pono melayang kebawah untuk menyambut kayu tersebut.

Kalau dalam ajaran ayahnya dia menggunakan ilmu Shastra-Shakuna teknik mengatasi gravitasi alam.

Salah satu peristiwa mashur yang menjadi pegangan kaum shufi adalah disaat pakiah Pono diuji ke imanannya akan godaan wanita.

Saat itu pakiah Pono disuruh menjaga anak gadis sang Guru yang lagi mekar-mekarnya dirumah, sementara Syeikh Abdurrauf pergi memenuhi undangan panggilan kerajaan.

Kiranya hormon pertumbuhan pakiah Pono sedang memuncak pula, maka bangkitlah nafsunya melihat sang anak majikan yang sedang ranum menjadi tanggungannya.

Inilah perang sangat dahsyat yang dialami pakiah Pono, perang melawan hawa nafsu sendiri disaat nafsu sedang memuncak.

Untuk melawan nafsunya sendiri dia mengambil keputusan yang sangat mahal dengan pergi menjauh dan memukul alat kelaminnya dengan batu.

Bagi pakiah Pono dari pada jadi budak nafsu setan dan menjadi orang terbuang didunia dan diakhirat lebih baik menghukum alat kelamin yang menjadi sumber pemicu pelampiasan hawa nafsu.

Meski peristiwa ini disesalkan sang guru, namun itu sudah merupakan keputusan yang tidak bisa dirubah lagi dan sejak saat itu bergarislah tabir bahwa pakiah Pono tidak bisa memiliki keturunan dari darahnya dagingnya sendiri karena alat kelaminnya sudah rusak.

Cukup lama pakiah Pono menderita sakit akibat cidera alat kelaminnya dan ketika sembuh dia tetap melakukan tugas semula seperti melayani kebutuhan santri dengan bijak, mengikuti dan menyimak alur pemerintahan kesultanan Aceh yang kelak sebagai bekalnya ikut masuk menata adat istiadat dikampung halamannya.

Hal inilah yang membuat Syeikh Abdurrauf menjadi lebih perhatian padanya.

Adapun Pembelajaran yang diterapkan Syeikh Abdurrauf pada pakiah Pono merupakan metoda baru yaitu dengan pendekatan tali bathin.

Tidak ada jarak antara santri dengan murid sehingga pelajaran yang diberikan melalui lisan dengan mudah dapat dipahami pakiah Pono apalagi cara belajarnya juga beda suasana dengan yang lain.

Dengan demikian pakiah Pono dapat menjabarkan hakikat pelajaran tersebut dengan metoda yang bisa di pahaminya.

Karena minat serta perhatiannya sungguh luar biasa, apalagi diikuti dengan daya ingatnya yang tinggi membuat pakiah Pono termasuk murid yang terpandai di antara santri lainnya.

Tidak heran Syekh Abdur Rauf mencurahkan segala ilmu yang pernah dipelajarinya, dan pakiah Pono pun tidak mau menyia-nyiakan kesempatan dimana kesempatan tersebut dia pergunakan sebaik mungkin sehingga Ilmu syariat Islam yang bercabangkan fikih, tauhid, tasauf, nahu, sharaf, hadits, ilmu taqwim (hisab) dan juga ilmu firasat dapat dia kuasai.

Suatu ketika pakiah Pono dibawa Syeikh Abdurrauf ke surau besar dan kemudian menyuruh pakiah Pono membuka lembaran Kitab dan Syeikh Abdurrauf mengajarkannya sekali jalan dan kenyataannya seluruh isi dari kitab tersebut telah dikuasai oleh pakiah Pono.

Itulah metode pembelajaran baru yang yang diterapkan Syeikh Abdurrauf pada pakiah Pono yaitu dengan memberikan wejangan secara lisan terlebih dahulu kemudian baru membuktikannya dengan melihat isi kitab.

Dalam menuntut ilmu berbagai ujian berat di lalui pakiah Pono hingga akhirnya berhasil lulus dengan baik dan sempurna dimana syarat lulus pakiah Pono belajar dengan Syeikh Abdurrauf adalah Tajalli dengan Allah.

Man a’rafa Nafsahu

Fakad a’rafa Rabbahu,

Man a’rafa Rabbahu,

Fasaddal Jasadu

(Bila engkau mengenal dirimu

maka otomatis engkau mengenal Tuhanmu

Bila engkau mengenal Tuhanmu

Maka tiadalah berharga lagi kebendaan bagimu)

dan Ma’rifat ini didapatnya dengan berkhalwat mengkaji diri selama 40 hari di gua hulu sungai Aceh, di kaki Gunung Peusangan, sebelah selatan Beureun.

Sepulang berkhalwat dan hendak menuju pondok pesantren pakiah Pono disuruh melihat ke langit maka berbagai fenomena alam tak sadarnya terpampang disana.

Syeikh Abdurrauf menyuruh pakiah Pono menceritakan apa yang terlihat olehnya untuk didengan santri lainnya.

Pakiah Pono menceritakan bahwa ketika dia melihat ke atas terlihat olehnya 7 lapisan langit dan diatasnya terdapat bentangan tupah berisi ayat-ayat Alqur’an tempat dimana Allah memerintah Malaikat Zibril membawa Alqur’an tersebut kepada Nabi Muhammad SAW.

Dan ketika dia melihat kebawah terlihat olehnya 7 lapis Pitalo bumi dengan segala isinya.

Kesemua penglihatan pakiah Pono dijabarkan oleh Syeikh Abdurrauf sehingga para santri yang lain bergetar hatinya dan mengakui betapa kerdilnya manusia itu dihadapan Allah.

Syekh Burhanuddin Kembali ke Pariaman.

Setelah dirasa cukup menerima ilmu pengetahuan dari Syeikh Abdurrauf, maka tibalah saatnya pakiah Pono dikembalikan ke Pariaman meninggalkan Aceh guna mengembangkan Agama yang dia pelajari selama ini.

Masa pendidikan itu berakhir dengan perpisahan antara guru dan murid yang berlangsung dengan penuh kasih sayang.

Menurut cerita terjadi percakapan antara Syeikh Abdur Rauf dengan Syekh Burhanuddin yang berbunyi : “Saat ini berakhirlah ketabahan dan kesungguhan hatimu menuntut ilmu tiada taranya. Suka duka belajar telah engkau lalui dengan sepenuh hati.

Berbahagialah engkau, dengan rahmat dan karunia Tuhan, telah selamat menempuh masa khalwat 40 hari lamanya.

Engkau beruntung di dunia dan berbahagia di akhirat kelak.

Sekarang pulanglah engkau ke tanah tumpah darahmu menemui ibu bapamu yang telah lama engkau tinggalkan.

Di samping itu tugas berat dan mulia menantimu untuk mengembangkan Islam di sana,” Ujar Syeikh Abdurrauf yang disambut pakiah Pono dengan kalimat hamdallah “ Alhamdulillahi Rabblil A’lamien”.

Kemudian Syeikh Abdurrauf melanjutkan, “Pulanglah kamu kenegerimu, ajarkan ilmu yang ditakdirkan Allah, kalau kamu tetap kasih, takut dan malu kepadaku, maka kamu akan mendapat hikmah, tanganmu akan dicium raja-raja, Penghulu-penghulu, dan orang besar seluruh negeri, muridmu tidak akan putus hingga akhir Zaman, dan ilmu kamu akan memberkati dunia, karena hatimu telah terbuka dan aku mendoa ke hadhirat Allah subhanahu wata’ala, semoga cahaya hatimu menyinari seluruh alam Minangkabau.

Kini, engkau, aku lepaskan.

Namun dengarkan baik-baik!

Guru di Madinah ada empat orang, yakni Syekh Ahmad al Kusasi, Syekh Qadir al Jailani, Syekh Laumawi.

Ketika aku berangkat ke tanah Jawi ini, beliau memberi amanat yang harus kusampaikan kepadamu karena itu setelah ini engkau memakai nama Burhanuddin dimana nama tersebut pemberian dari guruku Syekh Ahmad al Kusasi itu untukmu, jauh sebelum engkau berguru padaku dan ia menitipkan sepasang jubah dan kopiah.

Terimalah ini dari padaku supaya sempurna amanat yang kubawa dan suatu kemuliaan bagi engkau dengan sepasang pakaian ini tanda Ijasah kebesaran ilmu yang penuh di dadamu!”. Demikian isi perbincangan mereka.

Kejadian itu terjadi sekitar Tahun 1686 M. dimana merupakan hari Keberangkatan pakiah Pono yang kini sudah bergelar Syeikh Burhanuddin untuk meninggalkan mesjid Singkil selama-lamanya.

Pakiah Pono alias Syeikh Burhanuddin dilepas Syeikh Abdurrauf dengan sebuah taufah dan membekalinya perahu disertai 70 orang yang akan mengawalnya selama dalam perjalanan.

Rombongan ini dipimpin oleh seorang panglima yang bernama Katik Sangko berasal dari Mudiak Padang Tandikek yang berlayar dengan tentara Hindu Rupik dan kemudian menuntut ilmu pada Syeikh Abdurrauf kini dia diminta untuk mengantarkan Syeikh Burhanuddin sampai di kampung halamannya.

Alasan Syeikh Abdurrauf membekali Syeikh Burhanuddin pengawal karena dia yakin nanti akan mendapat tantangan berat. sebab, kala itu masyarakat Pariaman masih kental memeluk agama Hindu Budha sehingga banyak tukang –tukang sihir akan merintangi, karena mereka tidak senang kesenangannya di usik dan di ganti.

Setelah bertolak dari Aceh rombongan Syeikh Burhanuddin singgah di Gunung Sitoli untuk menambah bekal air minum, maka disitu rombongan menggali sumur yang airnya tidak payau layaknya air dekat tepi Pantai melainkan bagai air pergunungan.

Setelah selesai shalat dan perbekalan dicukupkan, maka rombongan Syeikh Burhanuddin bertolak kembali menuju Pariaman.

Menurut hikayat sumur yang ditinggalkan itu dijadikan orang sebagai tempat berobat, maka bernamalah dia menjadi sumur niaik dan kemudian oleh perubahan dialek menjadi sumur nieh dan pulaunya dinamakan Pulau Nieh (kini namanya Kepulauan Nias).

Jauh berlayar akhirnya rombongan Syeikh Burhanuddin tiba di pulau Angso dimuka pantai Pariaman dan istirahat selama dua hari, kiranya selama itu pecah berita dimasyarakat bahwa ada rombongan kapal Aceh yang datang merapat di Pulau, nama panglimanya Katik Sangko membawa seorang yang bergelar Syeikh Burhanuddin dengan tujuan untuk mengembangkan agama baru.

Berita dari nelayan ini menyulut kemarahan tukang sihir, sehingga mereka mengeluarkan segala kepandaiannya untuk mengusir rombongan Syeikh Burhanuddin.

Hiruk pikuk kemarahan para tukang sihir tidak membuat gentar Katik Sangko, dia tetap menjalankan perintah gurunya mengantar Syeikh Burhanuddin ke Pariaman dengan selamat maka didayungnya kapal ke pantai.

Dipantai kedatangan mereka tidak disambut dengan baik, mereka ditolak sebelum mereka meyampaikan maksud kedatangannya.maka, terjadilah perkelahian yang memakan banyak korban baik dari Rombongan Katik Sangko maupun pihak penyihir, tempat tersebut kemudian dikenal dengan nama Ulakan yaitu tempat penolakan kedatangan Rombongan Syeikh Burhanuddin.

Berita perkelahian yang memakan korban ini sampai ke basa nan barampek di Tandikek Tujuh Koto, sehingga mereka segera menyusul untuk menangkap Katik Sangko.

Dugaan mereka salah kiranya, rombongan Katik Sangko sangat kuat, sehingga tiga dari keempat basa tersebut yaitu Gagak Tangah Padang, Sihujan Paneh, dan si Wama mati.

Peristiwa ini membuat Kalik-Kalik jantan gelap mata sementara rombonyan Katik Sangko juga banyak yang tewas.

Karena mengetahui Kalik-kalik jantan kebal terhadap senjata tajam, akhirnya Katik Sangko yang melapor pada Syeikh Burhanuddin. Oleh Syeikh Burhanuddin Katik Sangko disuruh kembali ke Aceh melapor pada Syeikh Abdurrauf tentang kejadian ini dan minta petunjuk. Bagaimana mengalahkan Kalik-kalik Jantan.

Oleh Syeikh Abdurrauf Katik Sangko diajarkan cara menghilangkan ilmu kebal Kalik-kalik Jantan dan 150 bala bantuan yang lebih berpengalaman dalam berperang dikirim.

Setelah bantuan tiba di pulau Angso, Syeikh Burhanuddin memerintahkan kembali menyerang dari pantai Pariaman dipagi hari. Maka, pertempuran kembali pecah dan kali ini Kalik Kalik Jantan membuat tameng rakyat sebagai pelindung, namun dia bisa didesak mundur hingga ke hulu batang Mangau di tepi hutan Tandikek Tujuh Koto. disitu rombongan Kalik Kalik jantan terdesak, namun berusaha bertahan dan akhirnya terbunuh oleh Katik Sangko.

Dan tempat pertahanan terakhir kalik-kalik Jantan itu diberi nama Koto Nan Alah.

Tewasnya Kalik-kalik jantan berdampak pada menyerahnya pengikut Kalik-kalik jantan di seluruh Pariaman, selanjutnya Katik Sangko dinobatkan menjadi Mufti di Tandikek.

Setelah merasa aman Syeikh Burhanuddin mulai mencari informasi tentang keberadaan kawan karibnya yang kiranya telah diangkat menjadi pemuka masyarakat dengan gelar Majolelo.

Maka melalui nelayan yang singgah dipulau, Syeikh Burhanuddin mengirim pesan pada Idris bahwa dia adalah si Pono yang dahulu pergi belajar ke Aceh.

Mendapat informasi bahwa yang datang adalah si Pono yang kini bergelar Syeikh Burhanuddin, maka Idris Majolelo mengajak Ninik Mamak, pemuka adat sanak kerabat dan tokoh masyarakat untuk menjemputnnya, karena mereka sudah mendengar makan tangan pasukan yang membawa Syeikh Burhanuddin, maka melalui pantai Pariaman Syeikh Burhanuddin di jemput.

Pertemuan Antara Teman Karib Berlangsung Haru

Sesaat kemudian mereka berangkat ke Padang Langgundi, Ulakan. Di sanalah mereka bermalam.

Sebagai tanda kenang-kenangan kembali dari menuntut ilmu, Syeikh Burhanuddin menanam ranting pinago biru yang dibawa dari Aceh. Beliau berpesan kepada Idris Majo Lelo bila ajal sampai kelak ia minta dikuburkan dekat pinago biru ini.

Kemudian, Idris Majo Lelo membawa Syeikh Burhanuddin ke Tanjung Medan dan dalam perjalanan Idris Majo Lelo menceritakan keadaan orang tua Syeikh Burhanuddin yang telah lama meninggal dan telah diselenggarakan dengan baik, namun demikian jauh sebelum meninggal kakak Syekh Burhanuddin yang telah manaruko membuka pintalak di Koto Panjang bersama dengan temannya kaum suku Panyalai sehingga dimana ada pintalak suku Guci disitu ada pintalak suku Panyalai demikian kedekatan suku ini di Koto Panjang dan oleh karena Idris Majo Lelo menjemput teman seperguruan dan sepermainanya si Pono yang kini telah menjadi Syeikh bergelar Burhanuddin maka dipertemukanlah si Pono dengan kakaknya di rumah tarukonya di Koto Panjang dan saudara beradik kakak ini berbagi sejarah maka disitulah Syekh Burhanuddin menetap seterusnya yaitu pada sebuah bangunan satu satunya dari kayu yang beratap bagonjong mirip rumahnya di Guguk Sikaladi Pariangan.

Setelah berehat dirumah maka berangkatlah ke Tanjung Medan yang jaraknya hanya se pematang saja dari rumah kakaknya, sesampai di Tanjung Medan upacara penyambutan kedatangan Syeikh Burhanuddin berlangsung meriah, Syeikh Burhanuddin diberi tanah wakaf dan di dirikanlah sebuah Surau untuk tempat mengajar.

Kedatangan Syeikh Burhanuddin membuat nagari menjadi bergairah, Santri awalnya hanyalah kaum keluarga Syeikh dan kerabat Idris Majolelo.

Untuk memudahkan pengembangan syi’ar agama, Syeikh Burhanuddin meminta masyarakat agar membawa anaknya ke surau untuk bermain bersamanya. Disinilah cikal bakal pengembangan ilmu agama yang dilakukan oleh Syeikh Burhanuddin.

Sistim pembelajaran yang dilakukan Syeikh Burhanuddin tidak seperti biasa, dia melakukannya sambil bermain, semua permainan yang ada dimasyarakat saat itu dia ikuti, dari sepak Rago, main gundu dan layang-layang semua dilakoninya, namun setiap memulai permain dia selalu membaca basmallah dan doa-doa lain yang membuat dia menang hal ini menimbulkan minat anak –anak untuk mengetahui dan belajar apa isi doa yang dibaca Syeikh Burhanuddin menjadi tinggi, dan setelah murid-muridnya semakin banyak maka atas musyawarah kaum Koto secara gotong royong dibuatkan masyarakatlah sebuah surau tempat Syeikh Burhanuddin mengajar lokasinya juga di Tanjung Medan tanah milik Idris Majolelo yang juga diwakafkan.

Perjanjian Bukit Marapalam

Mashurnya kegiatan Syekh Burhanuddin di Ulakan ini meluas sampai ke daerah lain, dari Gadur Pakandangan, Sicincin, Kapalo Hilalang, Guguk Kayu Tanam, Pariangan Padang Panjang sampai ke Basa Ampek Balai dan raja Pagaruyung sendiri tersintak mendengar berita ini.

Seluruh Alam Minangkabau menjadi goncang, perhatian dan perbincangan masyarakat tertuju ke Ulakan sebagai pusat pendidikan dan penyiaran Islam.

Untuk menyebarkan ajaran Islam ke seluruh pelosok Minangkabau cara yang dilakukan Syeikh Burhanuddin ialah meniru cara Gurunya Syeikh Abdurrauf, dengan memakai kuasa dan restu Raja Pagaruyung.

Apa bila Raja telah bisa diyakinkan tentang kebenaran agama Islam maka Alam Minangkabau akan mudah dipengaruhi.

Mungkin sudah kehendak hiradat Allah, salah seorang temannya ketika belajar di Aceh yaitu Datuk Maruhum Basa, diangkat oleh Yang Dipertuan Kerajaan Pagaruyung sebagai Tuan Kadhi di Padang Ganting.

Dengan diiringkan oleh Idris Majo Lelo, Syekh Burhanuddin menemui Raja Ulakan yang bergelar Mangkuto Alam untuk menyampaikan niatnya memperluas ruang lingkup kegiatan dakwah, niat ini diterima baik oleh Mangkuto Alam setelah dimusyawarahkan dengan “Urang Nan Sabaleh” di Ulakan.

Akhirnya Syekh Burhanuddin, Idris Majo Lelo, Mangkuto Alam dan Urang Nan Sabaleh Ulakan dengan diiringi hulubalang seperlunya berangkat menghadap Daulat Yang Dipertuan Raja pagaruyung.

Pertama sekali yang ditemui adalah Datuk Bandaharo di Sungai Tarab untuk minta petunjuk. Dan atas inisiatif Datuk Bandaro diundanglah para basa ampek balai untuk membicarakan maksud dan tujuan “orang Ulakan” yang minta izin untuk menyebarluaskan ajaran Islam di Minangkabau.

Datuak Bandaro memilih sidang, diadakan di sebuah bukit yang dikenal dengan nama “Bukit Marapalam”.

Dari pertemuan tersebut disepakati yang intinya kedua komponen antara Adat dan Sarak merupakan norma hukum dan saling isi mengisi dimana konsepsi Marapalam melahirkan ungkapan “adat basandi syarak, sehingga alim ulama di Minangkabau dapat melibatkan rakyat dalam suatu aksi politik agama.

Konsep Marapalam ini disampaikan ke hadapan daulat Raja Pagaruyung. Dan dari Raja diminta pembesar kerajaan mempertimbangkan yang diterima dengan suara bulat sehubungan dengan politik Yang Dipertuan Pagaruyung dalam menentang monopoli Persatuan Dagang Belanda (VOC) yang mencoba menerapkan penguasa tunggal dalam perdagangan dan memecah belah rantau pesisir dengan menciptakan Perjanjian Painan tahun 1662.

Maka, Syekh Burhanuddin dan pengikutnya diberikan wewenang seluas-luasnya mengembangkan agama Islam di seluruh Alam Minangkabau.

Seperti bunyi pepatah adat yang disebutkan batas-batasnya sebagai berikut “di dalam lareh nan duo, luhak nan tigo, dari ikue darek kapalo rantau sampai ke riak nan badabue” Syekh Burhanuddin dengan gerakannya dilindungi oleh kerajaan Pagaruyung.

Sebagaimana yang dilakukan Syeikh Abdurrauf dalam menguasai ulayat Aceh “adat bak po teumeureuhum, huköm bak syiah kuala”, (adat kembali pada raja Iskandar Muda, hukum agama pada Syiah Kuala) maka sistim ini disalinterapkan oleh Syekh Burhanuddin di Minangkabau.

Wilayah pesisir yang merupakan bagian dari rantau Minangkabau mulai berkembang surau-surau, surau-surau ini mulai mengadakan perlawanan terhadap monopoli dagang bangsa Eropa, seperti Muhammad Nasir dari Koto Tangah, Tuanku Surau Gadang di Nanggalo.

Dengan kedua kepentingan antara keutuhan daerah rantau kesepakatan mudah dicapai antara Syekh Burhanuddin dengan yang Dipertuan Pagaruyung. Kesepakatan inilah yang sering disebut dengan Perjanjian Marapalam.

Pengalaman Syeikh Burhanuddin ketika bersama Syekh Abdur Rauf sebagai mufti kerajaan Aceh, menambah wawasan Syeikh Burhanuddin dalam politik keagamaan di Minangkabau.

Peristiwa bersejarah di Bukit Marapalam dan Titah Sungai Tarab menghadap kepada uang Dipertuan Kerajaan Pagaruyung telah tersiar di seluruh pelosok Alam Minangkabau. Anak negeri menerima agama Islam dengan kesadaran. Islam diakui sebagai agama resmi. Adat dan agama telah dijadikan pedoman hidup dan saling melengkapi. Saat itu lahirlah ungkapan “adat menurun, syarak mendaki. Artinya adat datang dari pedalaman Minangkabau dan agama berkembang dari daerah pesisir.

Syeikh Burhanuddin dengan syi’ar syariat Islamnya telah menyinari Alam Minangkabau sehingga banyaklah orang yang menuntut ilmu agama berdatangan ke Tanjung Medan.

Nama Tanjung Medan sebagai pusat pendidikan dan pengajaran ilmu Islam modern saat itu sudah masyhur kemana-mana, Surau Tanjung Medan penuh sesak dengan murid-murid beliau sehingga dibangun lagi surau-surau disekeliling surau asal.

Menurut catatan terdapat 101 buah surau baru di Tanjung Medan yang merupakan satu kampus, itulah awal mula sistem pesantren yang kita kenal sekarang.

Perjanjian Marapalam berkembang menjadi suatu proses penyesuaian terus menerus antara adat dan agama Islam, saling menopang sebagai pedoman hidup masyarakat Minangkabau.

Tahun 1692 M / 1111 H Syeikh Burhanuddin berpulang ke Rahmatullah dalam usia 85 tahun, kematiannya menimbulkan Misteri hingga kini karena setelah jasad beliau dikapani dan hendak dikubur keliang lahat disamping Surau Tanjung Medan kiranya yang tinggal hanya kain kafannya saja, sementara jasadnya Raib.

Konon menurut cerita tak lama berselang tersebarlah kabar bahwa ada masyarakat yang melihat dan mendengar ada cahaya yang diiringi suara salawaik berdendang bagai gandang tasa terbang melayang dan turun di dekat pohon Pinago Biru maka dinisbatkanlah lokasi tersebut adalah Makam Syeikh Burhanuddin sesuai wasiatnya dulu, Wallahu alam bis sawab.

Keberpulangan Syeikh Burhanuddin telah meninggalkan jasa yang gilang gemilang. Namanya senantiasa akan hidup terus dan tak terlupakan sepanjang masa.

Sebelum meninggal dunia, Syeikh Burhanuddin tidak lupa mendidik kader penerus dalam usaha menyebarluaskan ajaran Islam yang dilakukan melalui latihan dan pendidikan.

Untuk meneruskan perjuangan beliau, Syeikh Burhanuddin melatih dan mendidik dua orang pemuda yang seorang dari Tanjung Medan yang merupakan sahabat karibnya Katik Idris Majolelo, dan anak salah seorang muridnya yang bernazar bila lahir laki-laki akan dihadiahkan pada Syeikh Burhanuddin sebagai nazar bernama Abdul Rahman yang akan menggantikan kedudukan, sebagai “khalipah” kelak.

Menurut penilaiannya kedua anak muda ini memenuhi persyaratan dalam mengemban tugasnya, baik dari akhlak, kecerdaan serta ketrampilan dakwah.

Untuk itu dihadapan pemuka pemuka Adat Kaum Cadiak Pandai dan Ulama Ulakan ditetapkan Idris Majolelo dan Abdul Rahman sebagai khalipah yang ahli Adaik dan sarak, I dan II yang pengangkatannya berbarengan.

Idris Majo Lelo dinobatkan jadi Katib, adalah teman akrab Syeikh Burhanuddin sedari muda bekerja bahu membahu dalam menegakkan agama Islam.

Saat itu mashurlah surau Syekh Burhanuddin kepenjuru dunia sehingga pada sisinya berdiri banyak surau-surau kecil yang dihuni oleh pelajar dari berbagai daerah di Minang Kabau, Riau dan Jambi sehingga tersebut lah Tanjung Medan sebagai negeri seratus surau.

Syeikh Burhanuddin meninggal dunia tahun 1692 M / 1111 H dalam usia 85 tahun tanpa meninggalkan keturunan, namun memiliki kakak perempuan yang telah berkeluarga.

Garisnya di Sintuak melewakan gala Datuak Majo Basa, di Koto Tinggi Dt. Nan Sati, di Pasa Usang Dt. Hitam, di Kasang Dt. Rajo Bintang merupakan sanak keluarga yang hilang dan di Ulakan tahun kemarin oleh Rajo nan Sabaleh dikukuhkanlah Drs. Burhanuddin sebagai Dt. Nan Basa, sementara di Guguak Sikaladi Pariangan Datuak Paduko Dirajo.

Garis keluarga Syeikh Burhanuddin yang di Pasa Usang maupun di Kasang bertemunya di kemudian hari setelah negara Republik Indonesia terbentuk.

Manuskrip kitab Syeikh Burhanuddin beserta Ijazah yg berupa pakaian. manuskrip yang ditulis tangan oleh Syeikh Burhanuddin sendiri adalah Kitab asli beserta Ijazah berupa pakaian kaji diri masih tersimpan di tangan Herri Firmansyah khalifah XV bertempat di Surau Pondok Ketek Syekh Burhanuddin Koto Panjang Tanjung Medan Ulakan.

Kitab yang ditulis dengan mengunakan bahasa Arab ini ditulis dengan tinta kanji dan kertas lama berwarna kuning lebih tebal dari kertas biasa yang ada sekarang. Dilihat dari tulisan, tinta, dan kertas yang dipergunakan dapat diduga bahwa memang kitab ini sudah berusia sekitar 4 abad (zamannya Syeikh Burhanuddin).

Satu hal yang menjadi catatan penting bahwa kitab tersebut tidak bisa dilihat oleh sembarang orang dan juga tidak boleh dibawa keluar dari Surau, karena hal itu merupakan amanah, demikianlah seperti dikemukakan oleh khalifah yang memegang kitab ini. Pada bagian pendahuluan kitab, penulis dengan jelas menyatakan bahwa kitab ini (Mukhtasar) diringkaskan dari 20 (dua puluh) kitab tasawuf yang populer dan dipakai luas di lingkungan Mazhab Ahl al-Sunnah wa al-Jamâah.seperti (1). Kitâb Tuhfah al-Mursalah ilâ rûhin Nabî, (2) Kitâb al-Ma`lûmât, (3) Kitâb Adab ‘Asyik wa Khalwat, (4) Kitâb Khâtimah, (5) Kitâb Fath al-Rahmân, (6) Kitâb Maj al-Bahraiin, (7) Kitâb Mi`dân al-Asrâr, (8) Kitâb Fusûs al-Ma`rifah, (9) Kitâb Bayân al-Allâh, (10) Kitab Bahr al-Lahût, (11) Kitab Asrâr al-Shalâh, (12) Kitâb al-Wahdah, (13) Kitâb Futûhat, (14) Kitâb Tanbîh al-Masyi’, (15) Kitâb al-Asrâr al-Insân, (16) Kitâb al-Anwâr al-Haqâiq, (17) Kitâb al-Baitîn, (18) Kitâb Syarh al-Hikâm (19), Kitâb al-Mulahzhah (20) Kitâb al-Jawâhir al-Haqâiq,

Kedua, manuskrip tulisan tangan berbahasa Arab dan bahasa Arab melayu terdiri dari lima kitab bertahun 1223 hijriah Nabi Muhamad SAW bersamaan dengan 1788 M. yang ditulis setelah satu abad Syeikh Burhanuddin wafat.

Walahu'alam bisawab