Mengenai Saya

Foto saya
Thariqah Sammaniyah al-'Aliyyah al-Qodiriyah al-Khalwatiyah - Syatthariyah 'Arifin Billah - Syatthariyah Ashaliyah - Naqsyabandiyah al-Khalidiyah. Dibawah bimbingan : Guru Mursyid Tengku Mudo al-Khalidi as-Sammani as-Syatthari. Dengan alamat : Kelurahan.Jombang, Kecamatan.Ciputat, Kota.Tagerang Selatan, Provinsi.Banten. WhatsApp Admin : 082385789999

Jumat, 05 Juli 2019

Firasat seorang mukmin

Dari Ibnu Umar.r.a Rasulullah bersabda, “Berhati-hatilah kamu terhadap firasat seorang mukmin, sebab ia melihat dengan (diterangi) cahaya Allah.” (Riwayat Tirmidzi, dari Abu Sa’id al-Khudry).
Allah Ta'ala mewahyukan, "Siapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku mengumumkan perang terhadapnya dari-Ku. Tidak ada yang paling Aku cintai dari seorang hamba kecuali beribadah kepada-Ku dengan sesuatu yang telah Aku wajibkan kepadanya. Adapun jika hamba-Ku selalu melaksanakan perbuatan sunah, niscaya Aku akan mencintanya. Jika Aku telah mencintainya, maka (Aku) menjadi pendengarannya yang dia mendengar dengannya, (Aku) menjadi penglihatan yang dia melihat dengannya, menjadi tangan yang dia memukul dengannya, menjadi kaki yang dia berjalan dengannya. Jika dia memohon kepada-Ku,niscaya akan Aku berikan dan jika dia minta ampun kepada-Ku, niscaya akan Aku ampuni, dan jika dia minta perlindungan kepada-Ku, niscaya akan Aku melindunginya."
Allah Ta'ala juga berfirman
,فَبِي يَسْمَعُ وَبِي يُبْصِرُ وَبِي يَبْطِشُ وَبِي يَمْشِي
"Dengan-Ku dia mendengar, dengan-Ku dia melihat, dengan-Ku dia memukul, dengan-Ku dia berjalan."
Dikisahkan dari abu Abdullah al-Qalasaniy, salah seorang sufi besar. Beliau bercerita tentang salah satu perjalanan yang ia lakukan. "Suatu saat aku berada di dalam perahu. Bertiuplah angin kencang dan datanglah topan besar. Menjeritlah orang-orang yang ada di dalam perahu, berdoa dan bernazar. UMereka berkata kepadaku: “Hai engkau, bernazarlah!”. Aku menjawab: “Aku tidak memiliki keinginan apapun dari dunia ini, dengan apa aku harus bernazar?”. Akan tetapi mereka memaksaku, maka aku berkata: “Ya Tuhan, aku bernazar, jika engkau menyelamatkan kami dari bencana ini, maka aku tidak akan memakan daging gajah”. Terheranlah mereka dan berkata: “Nazar macam apakah ini, memang ada orang yang makan gajah di antara kalian?!”. Aku menjawab: “Beginilah yang terdetik (firasat) di dalam hatiku dan itulah yang diinginkan Allah terucap oleh lisanku.
Perahu itupun pecah. Aku dan penumpang di dalamnya terdampar di sebuah pesisir pantai. Selama berhari-hari berlalu dan kami tidak dapat makanan apapun. Suatu ketika kami melihat seekor anak gajah. Maka merekapun menangkap, menyembelih dan memakannya. Mereka berkata kepadaku, ketika kami duduk: “Makanlah”. Aku berkata: “Tidak, aku telah bernazar untuk tidak memakan daging gajah”. Mereka memaksaku: “Dalam keadaan darurat, nazar boleh dibatalkan”. Akan tetapi aku tidak menerima pendapat mereka tersebut. Setelah mereka selesai makan, rasa kantukpun menyerang dan membuat mereka tertidur.
Datanglah induk gajah sebelum mereka terbangun. Ia mengendus-endus hingga sampai ke tulang belulang anaknya. Ia menciumnya. Kemudian ia mendatangi orang-orang itu, mengendus mulut mereka. Setiap kali ia mendapatkan bau anaknya dimulut seseorang, maka ia menginjak dan membunuhnya. Sampailah ia kepadaku, mengendusku namun ia tidak mendapatkan bau anaknya padaku. Ia menundukkan kepalanya dan memberi isyarat dengan belalainya. Seakan memerintahkan agar aku naik ke punggungnya. Akan tetapi aku tidak paham. Ia mengangkat kakinya, maka pahamlah aku maksudnya. Aku naik menungganginya. Ia kembali memberi isyarat seakan mengatakan: “Peganglah kuat-kuat”. Akupun duduk dan ia berlari dengan sangat kencang. Sampailah aku ke suatu tempat, aku melihat perkebunan dan tempat tinggal. Ia memberi isyarat agar aku turun. Maka akupun turun, lalu gajah itupun berlalu lebih cepat dari tadi.
Ketika subuh menjelang, aku melihat banyak orang-orang berdatangan. Mereka membawaku ke sebuah rumah. Aku tidak paham bahasa yang mereka gunakan. Lalu datanglah seorang penerjemah. Ia menanyakan keadaanku. Maka aku ceritakan apa yang terjadi kepadanya. Mereka berkata: “Tahukah engkau berapa jarak tempat ini ke tempat kalian terdampar itu?! Aku berkata: “Tidak”. Mereka mengatakan: “Jarak dari sini ke tempat itu adalah selama delapan hari perjalanan, akan tetapi gajah itu telah membawamu ke sini hanya dalam waktu satu malam saja".
Seandainya Allah menghendaki mereka mau mengambil manfaat dari yang tersirat pada firasat seorang mukmin tersebut tentu mereka tidak akan memakan daging gajah sehinggapun mereka turut terselamatkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Terimakasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan"