Hidup miskin itu sebagian Kisah Syekh H. Abdul Majid
Guguk Salo Dengan Ibu dan Mamak Pedagang
Petunjuk pertama mendapatkan guru di Nagari Lintau
didapat Abdul Majid dari pedagang di Pasar Sumanik.
Disusun oleh: Buya Haji Ramli, M.Nur Engku Mudo,
Almanar HAM.
Dengan langkah terayun-ayun Syekh Abdul Majid remaja
mulai meninggalkan Nagari Lawang Mandahiling akan memasuki Nagari Supayang, ia
ditegur oleh seorang ibu yang membawa ketiding (bakul) yang ditangannya
terdapat sebuah kambuk (sejenis tas) yang agak berat juga tampaknya. Ibu itu
berkata, “Wahai anak ! Hendak kemana engkau “.
“Hendak ke Sumanik , Bu”. “ Kalau begitu samalah kita, dan tolonglah ibu
membawa beban ini” sambil menyerahkan kambuk (tas) kepada Abdul Majid. Keduanya
berjalan beriringan sampai ke Pasar Sumanik.
Setibanya di Pasar Sumanik , ibu itu berkata, “Tunggu
sebentar ya nak !. Ibu berjualan dulu”. “Baiklah, Bu”. Abdul Majid duduk
disudut sebuah kedai orang berjualan tem-bakau. Sekitar jam 11.00 tengah hari,
mamak yang berjualan itu memanggil. “Wahai Buyung ! Tolong mintakan mamak kopi
dikedai minum di depan itu. “Baiklah mak !”, katanya sambil menuju kedai kopi
itu.
Tak lama kemudian terdengar suara tabuh, mamak
pedagang tem-bakau itu mengajak sholat zuhur ke sebuah Mushala yang tidak jauh
dari pasar. Dalam perjalanan ketempat sholat , mamak pedagang itu bertanya,
“Siapa nama anak, dan hendak kemana tujuanmu”.
“Pertanyaan mamak akan saya jawab sesudah sholat Zuhur nanti”.
“Baiklah!”.
‘Selesai sholat barulah disebutkannya nama dan
diceritakannnyalah maksud dan tujuannya dari kampong halaman. Ia ingin mencari
ilmu, tapi tidak tahu dimana ilmu itu ada dan bagaimana cara mencarinya. Kata
mamak pedagang tadi, “mari kita makan dulu. Nanti mamak akan tunjukan kemana
dan dimana ilmu dicari”. “ O, mak, saya membawa nasi dari rumah. Biarlah saya
jemput dulu.”. “Baiklah”. Dengan segera ia berlari menjemput nasi yang
dibungkus dari rumah terletak dalam bungkusan.
“Kemana kamu sejak tadi ? Ibu akan member kamu uang untuk jajan.”.
Begini ya bu, saya ini hendak mencari ilmu. Entah dimana tempatnya saya belum
tahu. Kini biarlah kita berpisah dulu, mudah-mudahan bertemu kembali”. “ kalau
begitu maksud anak, baiklah. Ibu do’akan semoga anak dapat ilmu. Ini untukmu,
tidak banyak, hanya sedikit yaitu 1 ketip + 1 kelip = 15 sen”. “Terima kasih ya
Bu.”. “Terima kasih, selamat jalan”.
Setelah pamitan dengan Ibu tadi, ia segera menemui
mamak yang sedang menunggu dilapau nasi. “Maaf ya mak, saya terlambat karena
pamitan dengan ibu yang seiring dengan saya tadi pagi”. “ Ayo makan dulu, nanti
kita bincang-bincang lagi”. “baiklah, mari kita makan”.
Selesai makan, mamak pedagang tadi bercerita, karena
ia faham yang dimaksud oleh anak ini. Tetapi anak ini tidak tahu kemana ilmu
itu dicari dan bagaimana cara mencarinya. ‘Beggini ya, nak. Ilmu itu ada
dimana-mana saja, asal kamu mau belajar dengan orang-orang yang pandai dari
kamu sendiri dan jangan malu bertanya kepada orang yang dianggap ahli tentang
sesuati ilmu. Disamping itu kamu berusaha, bekerja apa saja yang sesuai dengan
kemampuan. Itulah caranya”.
“Sekarang dimana kamu harus cari. Menurut mamak
sebagaiknya kamu pergi ke Lintau. Disitu banyak orang –orang alim lagi tahu.
Makanya negeri itu bernama Lintau. Asal katanya ‘alim dan tahu’. Malam ini kamu
dirumah mamak Tanjung Sungayang. Besok pagi kamu mamak carikan kawan seiring ke
Lintau. Karena hari sudah petang kita pulang dulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
"Terimakasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan"