Mengenai Saya

Foto saya
Thariqah Sammaniyah al-'Aliyyah al-Qodiriyah al-Khalwatiyah - Syatthariyah 'Arifin Billah - Syatthariyah Ashaliyah - Naqsyabandiyah al-Khalidiyah. Dibawah bimbingan : Guru Mursyid Tengku Mudo al-Khalidi as-Sammani as-Syatthari. Dengan alamat : Kelurahan.Jombang, Kecamatan.Ciputat, Kota.Tagerang Selatan, Provinsi.Banten. WhatsApp Admin : 082385789999

Senin, 01 April 2019

Tarekat Naqsyabandiyah. Zikir Khatam Khawajakan

Tarekat Naqsyandiah Sejarah Khatam Khawajakan

ABU Bakar Ash-shindiq terkejut menyadari bahwa sesungguhnya sedang terjadi sesuatu. “Jangan menangis dan jangan takut, ya Abu Bakr, Allah beserta kita,” desis Rasulullah SAW kepada Abu Bakr Shiddiq, karena di luar memang terdengar jelas suara pijakan tapak kaki para pelacak Quraisy. “Tidak,” jawab Abu Bakr, dengan berdesis pula “ular sedang menggigit kakiku.”

“Masya Allah,” ujar Rasulullah SAW - dan karena bahaya di luar barusan berlalu pula, sepeninggal pasukan pelacak yang menganggap bahwa di Tsur sudah tidak ada lagi Nabi Muhammad SAW, padahal sesungguhnya, peristiwa ular menggigit tapak kaki Abu Bakr ini, dan sergapan orang-orang kafir di mulut Gua Tsur yang menegangkan itu berlangsung dalam waktu yang bersamaan, hanya ditabiri oleh selaput ‘cinta’. Namun sangat luar biasa dari para burung dara, laba-laba, dan Sang Sahabat Abu Bakr Shiddiq itu sendiri, yang dengan begitu sempurna tertuju pada Sang Kekasih Allah Ta’ala, dan yang karena itu Allah berkenan mengulurkan Iradat-Nya.

Kemudian Rasulullah menarik kaki Abu Bakr, dan terlihatlah seekor ular dengan sinar mata yang sayu, berkaca-kaca menatap wajah beliau dengan penuh kecintaan, dan rindu. Rasulullah menginterograsi ular tersebut, “Tahukah kamu, jangankan daging ataupun kulit Abu Bakr, bulu-bulunya pun haram untuk kamu patuk”.

Sang ularpun menjawab “Tahu! Bahkan karena aku tahu juga, setelah Allah menitahkan: Barang siapa memandang wajah kekasih-Ku Muhammad dengan penuh kecintaan, maka akan Ku tempatkan dia di surga, akupun bermohon kepada Allah Ta’ala agar diberi keberuntungan dengan sempat mengalami hal seperti itu. Allah Ta’ala berkenan, dan menitahkan aku untuk menunggumu di sini."

Sudah ribuan tahun aku menunggu di sini, dan amat merindukanmu wahai kKekasih Allah, begitu tiba saatnya aku menjumpaimu, kaki Abu Bakr menghalangiku, maka kupatuklah agar menyisih jangan menutupi mata kerinduanku padamu ya Rasulallah”.

Ularpun menangis dan Rasulullah terharu seraya makin mengedepankan wajah hadirat beliau, sambil mengatakan, “coba  lihatlah, sekali lagi lihatlah, wahai kerinduan”. Syahdan pupuslah usia ular itu sesudah ia puas manatap hadirat wajah Rasulullah SAW.

Sesaat sesudah itu, beliau meminta sosok jin yang kebetulan berada di situ untuk menyelenggarakan jenazah ular yang pasti akan menghuni surga itu, Sejurus kemudian, maka Rasulullah SAW Menengadahkan tangannya Yang Mulia ke atas, memohon “Yaa Rabb, segala apa yang Engkau limpahkan padaku mohon limpahkanlah kedada Abu Bakr ini,” seraya memegang dada sang sahabat tercinta.

Setelah kejadian itu, beliau berdua diterpa oleh jejalan hadirnya para-arwah dari seluruh pecinta Rasulullah SAW yang ikut memadati Gua Tsur, baik dari yang belum terlahir sebagai jelma-manusia, yang telah terbungkus raga, maupun yang telah dahulu kala, dan kemudian bersama-sama melingkar, dan melantunkan ‘kalimah thayyibah’ serta meresapi cinta, dan rindu kepada Rasulullah di dalam suatu dzikr, yang shighat (formulanya) kemudian disebut sebagai Khatm Khawajagan ini (circle dari orang-orang yang bersungguh melingkari, dan mencintai-mematuhi-berhidmat kepada Rasululloh SAW yang ditugasi Allah Ta’ala untuk merahmati kehidupan ini) dengan konduksi oleh Mawlana Syaikh Abdul Khaliq Al-Ghujduwani, yang ketika itu belum lagi terlahirkan kedunia fana ini.

Peristiwa ini, tentu saja semakin menghunjamkan kecintaan Sayyidina Abu Bakr Ash-Shiddiq kepada Rasulullah SAW dengan semakin mantap, dan makin dalam. Semoga riak-gelombang keberuntungan seperti ini akan melimpah kepada kita semua, yang dengan taufiq-inayah Allah, Berkah Rasulullah, dan madad (bantuan-karamah-irsyad) para Auliyaa, dan Masyayikh kita mengamalkan dzikr ini.

Tarekat Naqsyabandiyah Dzikir Khawajakan

SALAH satu zikir dalam Tareqat Naqsyabandi adalah khatam Khawajakan. Dalam tarekat ini zikir Khatam Khawajakan itu merupakan zikir penutup dalam serangkaian zikir. Zikir ini boleh dikerjakan di luar suluk, dengan mengumpulkan beberapa orang minimal 13 orang dengan pimpinan seorang Khalifah. Khatam artinya penutup, sedangkan Khawajakan, berasal dari bahasa Persia, artinya syekh-syekh.

Khatam Khawajakan artinya serangkaian wirid, ayat, selawat, dan doa yang menutup setiap zikir berjamaah. Khatam dianggap sebagai tiang ketiga Naqsyabadiyah. Khatam dibaca pada tempat yang tidak ada orang luar, dan pintu harus tertutup. Tidak seorang pun boleh ikut serta tanpa izin  dari syekh. (Sri Mulyati, Tarikat-Tarikat Muktabarah di Indonesia, Jakarta: Prenada Media Group, 2006)

Dalam literatur sejarah awal mula terakat ini di kala Rasulullah dengan Abu bakar dalam Gua Tsur, saat beliau bersembunyi dalam gua tersebut, Abu Bakar merasa takut dan gundah. Banyak keringat Abu Bakar pun sudah mulai berbulir, dan mengalir sehingga ketika sedikit menetesi pipi Rasulullah SAW.

Beliau menjadi terkejut menyadari bahwa sesungguhnya sedang terjadi sesuatu. “Jangan menangis dan jangan takut, ya Abu Bakar, Allah beserta kita,” desis Rasulullah SAW kepada Abu Bakar Shiddiq, karena di luar memang terdengar jelas suara pijakan tapak kaki para pelacak Quraisy.

“Tidak,” jawab Abu Bakar, dengan berdesis pula, “ular sedang menggigit kakiku,”

“Masya Allah,” ujar Rasulullah SAW.

Dan karena bahaya di luar barusan berlalu pula, sepeninggal pasukan pelacak yang menganggap bahwa di Tsur sudah tidak ada lagi Nabi Muhammad SAW, padahal sesungguhnya, peristiwa ular menggigit tapak kaki Abu Bakar ini, dan sergapan orang-orang kafir di mulut Gua Tsur yang menegangkan itu, keduanya berlangsung dalam waktu yang bersamaan, hanya ditabiri oleh selaput ‘cinta’.

Namun sangat luar biasa dari para burung dara, laba-laba, dan sang sahabat Abu Bakar as-Shiddiq itu sendiri, yang dengan begitu sempurna tertuju pada Sang Kekasih Allah Ta’ala, dan yang karena itu Allah berkenan mengulurkan Iradat-Nya.

Tarekat Naqsyabandiyah. Kelebihan Zikir Khawajakan

DALAM kitab Tanwirul Qulub Syekh Amin Kurdi juga menyebutkan rukun Khatam Khawajakan ada 10 yaitu pembacaan istighfar sebanyak 15 atau 25 kali, melakukan rabitah syekh atau mursyid seperti yang telah dijelaskan, membaca 7 kali surat al-Fatihah, salawat 100 kali, membaca 77 kali surat al-Insyirah, membaca 1001 kali surat al-Ikhlas 1001 kali, membaca 7 kali surat al-Fatihah, membaca salawat 100 kali, membaca doa yang telah ditentukan oleh mursyid, membaca ayat-ayat dari Alquran. (Muhammad Amin Kurdi, Tanwiiru  Al-Qulub, (Surabaya:  Al-Hidayah), h. 520-521)

Di antara kelebihan dari khatam ini, disebutakan dengan izin Allah semua yang menjadi hajat anda Allah laksanakan, berkata para guru Mursyid "Tidak akan lebih dari 4 hari setelah pembacaan Khatam Khawjakan, kKecuali Allah laksanakan semua hajat hajatnya." (Baca: Tarekat Naqsyabandiah (XVII): Khawajakan Sang Zikir Penutup)

Khatam Khawjakan ini dibaca rutin selama 7 hari berturut – turut, khusus untuk Silsilah Dzahabiyyah salah satu khasiatnya dapat membuka ‘Ainul Basyirah (Mata Hati), caranya adalah Silsilah Dzahabiyyah dibaca rutin tiap setelah subuh dan magrib 1x atau setiap hari 7x atau 21 x, untuk dibukakan mata hati, dilapangkan segala kesusahannya, dilaksanakan hajatnya, disembuhkan penyakit, dipancarkan ilmu hikmah didalam hatinya, dimudahkan segala keinginannya.

Isi dari Silsilah Dzahabiyyah ini adalah Asma’ Asma’ yang sangat agung dan silsilah emas 6 tariqah terkenal di dunia yaitu Naqsabandiyyah, Jasyatiyyah, Kubrawiyyah, Sahruwardiyyah, Qadiriyyah dan tariqah ilmu batin Khidiriyyah yang semua tariqah di dunia ini semuanya bersumber dari imam Rabbani, Inilah Silsilah Dzahabiyyah.

Syekh Muhammad Haqqi Nazili menyebutkan dalam kitab Khazinatu Al-Asrar bahwa pelaksanaan khatam ini membutuhkan waktu yang cukup lama. Namun bila dilakukan dengan jamaah yang banyak, tentu saja akan lebih ringkas. Biasanya dalam pelaksanaan khatam yang sudah diperingkas, satu hal yang tidak boleh ditinggalkan adalah doa. Menurut sebagian ulama tasawuf, siapa saja yang berdoa setelah khatam tersebut, maka doanya akan diterima oleh Allah SWT, dan tercapai segala keinginannya dalam waktu singkat (tidak akan melewati empat hari dengan izin Allah SWT).

SEBELUM mengerjakan zikir khatam Khawajazakan, seseorang harus mengetahui adabnyan terlebih dahulu. Syekh Amin Kurdi di dalam kitabnya Tanwiiru al-Qulub menjelaskan tentang adab-adab dan metode khatam tersebut sebagai berikut: Adab-adab khatam Khawajakan ada 8 adab yaitu suci dari hadas dan najis, tempat khatam sunyi dari manusia, khusu’ dan merasakan Allah memperhatikan kita,

Adab berikutnya, mendapat izin dari mursyid tarekat, mengunci pintu masuk ke ruangan pelaksanaan khatam, memejamkan dua mata mulai dari khatam hingga habis khatam, kosentrasi penuh kepada mengingat Allah, duduk tawaruk terbalik dari tawaruk dalam salat.

Amalan apa saja dalam khatam ini? Syeikh Al- Imam As-Sayyid Al- Ustadz Muhammad Haqqi An-Naazili R.A di dalam kitabnya Khazinatul Asraar, menyebutkan:  "Ketahuilah sesungguhnya para Mursyid imam Toriqoh seperti Sayyid Ja’far Shadiq, Abu Yazid Al-Busthami, Abu Hasan Al-Hirqani semoga Alloh S.W.T mensucikan Sir nya mereka amin, mereka para guru Mursyid telah bermufakat bahwasanya untuk dilaksanakan hajat – hajat, dihasilkannya keinginan-keinginan, mencegah mara bahaya, mengalahkan musuh, dan orang yang hasud, diangkatnya derajat, sampainya seseorang pada maqam Muqarrab dan supaya ditampakkannya berbagai Tajalli Allah S.W.T. Untuk mencapai semua itu mereka para guru Mursyid telah mengamalkan khatam Khawjakan yang mulia dan rahasia yang sangat langka ini."

Menurut versi kitab ini susunan zikir khatam Khawjakan yaitu: membaca istighfar 100 kali, surat Al-Fatihah 100 kali, salawat Nabi 100 kali, surat Alam Nasyrah 79 kali, surat Al-Ikhlas 1001 kali, surat Al-Fatihah 7 kali, salawat Nabi 100 kali, kemudian memohon kepada Allah yang menjadi hajatnya ( do’a ). Di akhir dianjurkan untuk membaca silsilah Adz-Dzahabiyyah ( Silsilah Emas ).

Pernyataan yang sama juga diungkapkan dalam kitab Tanwirul Qulub Syekh Amin Kurdi juga menyebutkan rukun khatam Khawajakan ada 10 rukun yaitu pembacaan istighfar sebanyak 15 atau 25 kali, melakukan rabitah syekh atau mursyid seperti yang telah dijelaskan, membaca 7 kali surat Al-Fatihah, salawat 100 kali, membaca 77 kali surat al-Insyirah.

Setelah itu ditambah dengan membaca 1001 kali surat al-Ikhlas, membaca 7 kali surat al-Fatihah, membaca salawat 100 kali, membaca doa yang telah ditentukan oleh mursyid, membaca ayat-ayat dari Alquran. (Muhammad Amin Kurdi, Tanwiiru  Al-Qulub, (Surabaya:  Al-Hidayah), h. 520-521).

Editor: IHAN NURDIN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Terimakasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan"