
Sejarah ringkas Tengku Mudo al-Khalidi :
Bernama kecil Nando bergelar Tengku Mudo
al-Khalidi, negri asalnya di Mungka Kabupaten Lima Puluh Kota , dan negri kelahirannya
di Napar Payakumbuh Sumatra Barat, Ia menempuh pendidikan SD sampai SMP di
Payakumbuh, lalu pindah ke Pekanbaru untuk melanjutkan pendidikan SMK , dan menyelesaikan
studi akademiknya di Bukittinggi.
Di masa-masa kecilnya ia telah sering dibawa oleh ayahnya pergi
ke majelis dzikir dan mengaji ke
berbagai Tuan Guru ahli dzikir dan ahli hakikat, pada masa itulah awal
ia mengecap pendidikan informal di surau-surau, pada mula-mula ia mengenal
kalimat “ILAHI ANTA MAQSUDI WA RIDHOKA MATHLUBI” dan belajar ilmu dzikir
yakninya dengan Bapak Nani di Kelurahan Balai Gurun tatkala itu usianya masih 9
tahun (saat masih duduk dibangku kelas 3 Sekolah Dasar).
lalu diusia 14 tahun (saat itu duduk dibangku kelas 2 SLTP)
ia berbai'at Thariqah Syatthariyah Arifinbillah dengan Syekh Ka’an Datuk Siri
Dirajo di Kelurahan Talawi Balai Batuang. Diusia 21 tahun ia mengambil Thariqah
Jurus Alif dan Thariqah Sammaniyah al-Khalwatiyah dengan al-Mukaram Syekh Ilyas
Tengku Rahman Qs, lalu diteruskan dengan berbai'at Thariqat Naqsyabandiyah al-Khalidiyah.
Diusia yang terbilang sangat muda belia, yaitu di usia 21 tahun ia telah memasuki
ranah amaliyah kaum sufiyah yang sangat berat yaitu berkhalwat atau bersuluk
dengan bimbingan Syekh Mursyd yang Kamal Mukamil, masa-masa mujahadah/riyadoh
suluknya dilakukan langsung selama 40 hari, namun karena karunia pencapaian
dzikir serta makam ruhani yang diperolehnya saat itu, maka ia dipilih untuk
menambah latihan lagi selama 10 hari lagi, penambahan latihan 10 hari lagi
tersebut dinamakan latihan ruhani (yaitu mencari rasa ditawajuhkan oleh ruhaniyah
Rosulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam), lulus latihan selama 50 hari
terpilihlah ia menjadi Khalifah, pada saat itu hanya 3 orang yang diangkat
menjadi Khalifah, yaitunya Bapak Ujang Paman, Mak Enek Tengku Sati dan juga
termasuk si Nando kecil. Setelah masa latihan rohani tersebut selesai, diangkatlah ia menjadi khalifah dan diberi
gelar Tengku Mudo al-Khalidi (usia 21 th).
Diusia 22 th kembali ia melakukan riyadoh suluk bermujahadah
bersunyi diri didalam khalwat dengan bimbingan Syekh Mursyd yang Kamal Mukamil
selama 50 hari lagi, dan diusia 22 tahun inilah ia menerima amanah dan beban
berat dari Mursyd sebelumnya yaitu al-Mukaram Syekh Ilyas Tengku Rahman Qs ,
beban berat tersebut adalah perpindahan dari Maqom dari seorang Murid menjadi
Mursyd. Pada tanggal 1 Syawal 1430 atau bertepatan dengan 20 September 2009 diangkatlah
ia menjadi seorang Mursyd Thariqah,
yaitu menjadi salah satu penerus mata rantai dari Thariqah Sammaniyah al-Qodiry
al-Khalwatiyah dan Thariqah Naqsyabandiyah al-Khalidiyah, hal ini ditandai
dengan pemberian IJAZAH IRSYAD oleh al-Mukaram Syekh Ilyas Tengku Rahman Qs dan
di adakannya acara syukuran untuk mengumumkan kepada jemaah dan masyarakat
sekitar bahwa telah diangkat dan dilantik seorang Mursyd yang SAH dengan gelar
Tengku Mudo al-Khalidi. Dikarenakan saat itu ia masih berusia sangat muda, maka
al-Mukaram Syekh Ilyas Tengku Rahman Qs memberi gelar kepadanya dengan gelar
Tengku Mudo al-Khalidi sebagai gelar kemursydan.
Pada dua lembar
IJAZAH IRSYAD yang diterimanya tertulis
bawhasanya telah diberi izin Tengku Mudo al-Khalidi untuk membai’at,
mentalqinkan dzikir, mentawajuhkan dan memimpin persulukan, serta mengembangkan
ilmu Thariqah Naqsyabandiah al-Khalidiyah dan Sammaniyah al-Khalwatiyah. IJAZAH
IRSYAD yang ia terima dari al-Mukaram Syekh Ilyas Tengku Rahman
Qs merupakan ijazah yang mempunyai sanad silsilah atau mata rantai keilmuan Thariqah
yang terhubung mata rantainya dari al-Mukaram Syekh Ilyas Tengku Rahman Qs
hingga sampai kepada Rosulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam (sanad muttashil
sampai kepada Rosulullah ini sangatlah penting agar terhubung dengan Ruhaniyah
Rosulullah).
Di Payakumbuh gelar Angku/Engku /Tengku mempunyai makna yaitu Tuanku atau Tuan Guru, dan Mudo yang
berarti Muda, sedangkan al-Khalidi adalah penisbahan kepada keilmuan Thariqah,
yakninya Thariqah Naqsyabandiyah al-Khalidiyah.
Perlu diketahui IJAZAH IRSYAD dengan SANAD MUTTHASIL sangatlah
penting sekali sebagai bukti izin untuk mengajar Thariqah dan sebagai bukti ia
adalah salah seorang penerus SAH sebagai suatu bentuk tanda bukti dan izin
bahwa ia diberi kewenangan untuk memasukkan ikhwan ke dalam Thariqah serta
memimbing, mengajar dan juga sebagai bukti ia telah diizinkan memimpin
persulukkan, tanpa adanya IJAZAH IRSYAD maka seseorang tidak boleh dan tidak
dibenarkan mengajar Thariqah.
Tak puas menuntut ilmu, ia kembali bermujahadah dan riyadoh
kembali, tercatat ia pernah bersuluk/berkhalwat dengan bimbingan 5 orang Tuan Guru
masyur disaat itu, yaitunya :
1.Syekh Ilyas Tengku Rahman, ia bersuluk disini pada tahun
2008 dan 2009
2.Syekh Engku Mudo Ahmadison, ia bersuluk disini pada tahun
tahun 2011
3.Syekh Damuhur Malin Mudo Engku Padang, ia bersuluk disini pada
tahun tahun 2012 dan pada tahun 2019 ia menemani Syekh Damuhur Malin Mudo Engku Padang dalam mengawasi orang yang sedang bersuluk
4.Syekh Engku Mudo Jainasri, ia bersuluk disini pada tahun
2016
5.Syekh Edison Kasim Kholilullah, ia bersuluk disini tahun
2017
Surat izin mengajar (Ijazah Irsyad) Thariqah Sammaniyah
al-Qodiry al-Khalwatiyah dan Naqsyabandiyah
al-Khalidiyah Tengku Mudo al-Khalidi dapatkan dari :
1.Syekh Ilyas Tengku Rahman, pada 1 Syawal 1430 bertepatan
dengan 20 September 2009
2.Syekh Engku Mudo Jainasri, pada 12 Rabiul Awal 1438
bertepatan dengan 12 Desember 2016
3.Syekh Edison Kasim Kholilullah, pada 10 Dzulhijjah 1438
bertepatan dengan 1 September 2017
4.Syekh Damuhur Malin Mudo Engku Padang, pada 10 Dzulhijjah 1440 bertepatan dengan 11 Agustus 2019
Selanjutnya pada tahun 2009 Tengku Mudo al-Khalidi menimba
ilmu kembali, ia mengaji dengan Syekh Datuk Amiruddin bin Jogeh di Sungayang Batusangkar,
dengan beliau ia memperdalam ilmu Hakikat dan Makrifat hingga akhir hayat Syekh
Datuk Amiruddin bin Jogeh pada tahun 2012, pengajaran Syekh Datuk Amiruddin bin
Jogeh sangat memberi bekas yang dalam pada diri Tengku Mudo al-Khalidi.
Selanjutnya sejak 24 Oktober 2011 Tengku Mudo al-Khalidi
mengaji dan bertalaqi ilmu Hakikat dan Aqidah Sifat 20 dengan Bapak Abdul Wahid
di Tabek Biri batusangkar, Tengku Mudo al-Khalidi mengaji dengan Bapak Abdul
Wahid hingga 2 Februari 2012.
Tengku Mudo al-Khalidi juga menerima
izin untuk mengajarkan KAJI ALIF yang ia terima dari Buya Ibnu Abas di
Payakumbuh, Buya Ibnu Abas menerimanya dari Mak Simeh, Mak Simeh menerimanya
dari Syekh Abdul Malik bin Syekh Mudo Abdul Qadim Belubus, izin mengajar KAJI
ALIF ini diberikan kepada Tengku Mudo al-Khalidi pada tanggal 29 Agustus 2016.
Selanjutnya pada 17 Mei 2017
Tengku Mudo al-Khalidi berbai’at Thariqah Anfasiyah dengan Buya Samsir Koto Nan
Ampek dan Tengku Mudo al-Khalidi menyelesaikan 5 tingkatan pelajaran Thariqah
Anfasiyah(1.memandang, 2.mangana, 3.maraso, 4.mengaku, 5.wujud) dan mendapat
izin untuk mengembangkan dan mengajar Thariqah ini pada tanggal 18 Januari
2018.
Selanjutnya Tengku Mudo al-Khalidi teringat bahwa ia belum
menuntaskan pengajian Thariqah Syatthariyah Arifinbillah yang pernah
dimasukinya semasa kecil dahulu, dan tergerak hatinya untuk menyelesaikannya.
Pada masa kecilnya tahun 2002 Tengku Mudo al-Khalidi berbai’at
Thariqah Syatthariyah Arifinbillah dengan Syekh Datuk Siri Dirajo di Talawi
Balai Batuang Payakumbuh dan pada tahun 2017 Tengku Mudo al-Khalidi melanjutkan
pengajian ini dengan murid dari Syekh Datuk Siri Dirajo yang telah diangkat
menjadi Mursyd Thariqah Syatthariyah Arifinbillah yaitunya Syekh Muhammad Arif
di Taram.
Pada tanggal 18 Oktober 2017 Tengku Mudo al-Khalidi
mengambail bai’at Thariqah Syatthariyah Arifinbillah dengan Syekh Muhammad Arif
dan menyelasaikan 3 tingkatan pelajaran pada Thariqah Syatthariyah Arifinbillah,
lalu kemudian ia diberi izin untuk membai’at dan mengajar Thariqah Syatthariyah
Arifinbillah ini, izin tersebut dikeluarkan pada tanggal 21 Agustus 2018.
Selanjutnya pada tanggal 15 Agustus 2017 ia berbai’at dan mengambil kaji Thariqah
Syatthariyah Asliyah(Ashaliyah) lazim disebut juga dengan nama Thariqah
Ashaliyah, al-Faqir Tengku Mudo al-Khalidi berbai’at Thariqah ini dengan Syekh
Edison Kasim Kholilullah di Ketinggian Sarilamak Harau dan menyelasaikan 4
tingkatan atau disebut juga 4 Khatam kaji pada Thariqah ini, yaitu:
1.Allah
2.Muhammad
3.Adam
4.Hawa
Menyelasaikan Khatam ke empat pada tanggal 16 November 2017
dan diberi izin untuk untuk membai’at dan mengajar Thariqah Syatthariyah
Asliyah(Ashaliyah) .
Selanjutnya Tengku Mudo al-Khalidi mendapat izin mengajarkan
Thariqah Aceh (Kaji Limau Salapan), Thariqah Muhammad Yaman, Thariqah Khatamunubuwah(Nurbuat) yang didapatkannya
dari Syekh Engku Mudo Jainasri di Taram.
Thariqah Silat ini memiliki pertalian dengan Syekh ’Abdur Rahman al-Khalidi bin al-Khatib al-’Alim Kumangowiyah Q
s . Kumango, Batusangkar.
Selanjutnya Tengku Mudo al-Khalidi dibai’at secara khusus
oleh Syekh Edison Kasim Kholilullah perihal untuk mengajarkan Thariqah Silat
Khatamunubuwah/Maharnabuat(Nurbuat) dan Thariqah Muhammad Yaman keseluruh dunia.
Syekh Edison Kasim Kholilullah memberi izin kepada Tengku
Mudo al-Khalidi untuk mengembangkan Thariqah silat ini pada tanggal 21
Januari 2018.
Selanjutnya Tengku Mudo al-Khalidi berbai’at pada 3 Maret
2014 dengan Syekh Abdul Wahid di Nagari Sisawah, Kec.Sumpur Kudus,
Kab.Sijunjung, disana ia mempelajari Ilmu Besi Kursani, Thariqah Syatthariyah(bertali
kepada Syekh Angku Kaciak), dan Thariqah Naqsyabandiyah(bertali kepada Buya
Syafri Sungai Penuh), dan Tengku Mudo al-Khalidi mendapat izin untuk
mengembangkan dan mengajar Thariqah ini pada tanggal 9 Jumadil Awal 1439 bertepatan dengan 26
Januari 2017.
Selanjutnya Tengku Mudo al-Khalidi mengambil doa-doa bersanad
yang diamalkan oleh para waliyullah dan doa-doa khusus amalan rahasia
waliyullah dengan Syekh Khatib Ilyas.
Dan mengambil doa malimaui(doa memandikan murid saat akan
memasuki silat kumango) dari Syekh Damuhur Malin Mudo Engku Padang Qs.
Selanjutnya Tengku Mudo al-Khalidi pada 1 Mei 2019 ia berangkat ke Desa Cipulus Padarincang, Kabupaten Serang Banten, untuk berguru dengan ulama kharismatik Banten yang tak ingin dikenal oleh orang banyak (ulama mastur) dan beliau sangat zuhud, yaitunya Abuya Mufassir, sebelum Tengku Mudo al-Khalidi diterima menjadi santri(baca:murid) maka Abah(panggilan kami kepada Abuya Mufassir) mengujinya terlebih dahulu dengan berpuasa air selama 11 hari, cukup exstrem memang yaitu tidak makan apapun selama 11 hari hanya boleh sahur dan berbuka puasa dengan air beberapa teguk saja, tak boleh makan apapun sama sekali.
Latihan ini bertujuan sebagai latihan untuk menekan dan melemahkan hawa nafsu yang ada pada diri si murid serta untuk melihat sejauh mana tekad simurid untuk berguru, alhamdulillah Tengku Mudo al-Khalidi berhasil lulus dalam ujian ini dan akhirnya dapat berguru kepada Abuya Mufassir dan pada saat perpisahan hendak pamit kembali ke bekasi lalu pulang ke kampung halaman di payakumbuh sumatra barat, Tengku Mudo al-Khalidi meminta kepada Abuya Mufassir untuk mengangkatnya menjadi anak angkat, alhamdulillah hal itu diperkenankan oleh Abuya Mufassir, dilepas oleh Abuya dengan doa.
25 Guru. 5 Thariqah Mu'tabarah. 9 Ilmu Hikmah Khusus. 8 Ijazah Kemursydan.
Selanjutnya Tengku Mudo al-Khalidi pada 1 Mei 2019 ia berangkat ke Desa Cipulus Padarincang, Kabupaten Serang Banten, untuk berguru dengan ulama kharismatik Banten yang tak ingin dikenal oleh orang banyak (ulama mastur) dan beliau sangat zuhud, yaitunya Abuya Mufassir, sebelum Tengku Mudo al-Khalidi diterima menjadi santri(baca:murid) maka Abah(panggilan kami kepada Abuya Mufassir) mengujinya terlebih dahulu dengan berpuasa air selama 11 hari, cukup exstrem memang yaitu tidak makan apapun selama 11 hari hanya boleh sahur dan berbuka puasa dengan air beberapa teguk saja, tak boleh makan apapun sama sekali.
Latihan ini bertujuan sebagai latihan untuk menekan dan melemahkan hawa nafsu yang ada pada diri si murid serta untuk melihat sejauh mana tekad simurid untuk berguru, alhamdulillah Tengku Mudo al-Khalidi berhasil lulus dalam ujian ini dan akhirnya dapat berguru kepada Abuya Mufassir dan pada saat perpisahan hendak pamit kembali ke bekasi lalu pulang ke kampung halaman di payakumbuh sumatra barat, Tengku Mudo al-Khalidi meminta kepada Abuya Mufassir untuk mengangkatnya menjadi anak angkat, alhamdulillah hal itu diperkenankan oleh Abuya Mufassir, dilepas oleh Abuya dengan doa.
25 Guru. 5 Thariqah Mu'tabarah. 9 Ilmu Hikmah Khusus. 8 Ijazah Kemursydan.
Thariqah :
1.Thariqah Sammaniyah al-'Aliyyah al-Qodiriyah al-Khalwatiyah
2.Thariqah Naqsyabandiyah al-Khalidiyah
3.Thariqah Syatthariyah 'Arifin Billah
4.Thariqah Syatthariyah Ashaliyah (Kaji Buya Angku Mudo Juli Tolang)
5.Thariqah Muhammad Yaman
Ilmu Hikmah :
1.Thariqah Qulhuwallah
2.Thariqah Khatamunubuwah (Nurbuat)
3.Thariqah Ayat Tujuh
4.Thariqah Aceh (Limau Salapan)
5.Thariqah Anfasiyah
6.Thariqah Qodiriyah
7.Thariqah Alif
8.Thariqah Silat
9.Kersani
Yang memberikan izin mengajar (Ijazah Irsyad):
1.Syekh Ilyas Tengku Rahman. Suliki
2.Syekh Engku Mudo Jainasri. Taram
3.Buya Edison Kasim Kholilullah. Tolang
4.Buya Abdul Wahid. Sisawah Sumpur Kudus
5.Buya Samsir. Koto Nan Ampek
6.Syekh Muhammad Arif. Taram
7. Syekh Damuhur Malin Mudo Engku Padang
8.Syekh Mudo Khatib Ilyas. Titian Dalam
Aktif mengajar Thariqah dirumahnya di Napar Payakumbuh
Sumatra Barat, dan pada tahun 2014,2016,2017 ia menyulukkan orang di Zawiyah Surau
Suluk Baitul Ibadah, Nagari Maek Kabupaten Lima Puluh Kota.
Pada april 2017 Tengku Mudo al-Khalidi hijrah dari pulau Sumatra
ke pulau Jawa dilepas dengan ridho, doa dan restu dari seluruh guru-gurunya
untuk mengembangkan ilmu Thariqah diperantauan. Pada saat ini ia membuka pengajian di Jakarta, Tangerang dan Bekasi.
ZAWIYAH SURAU TSABITUL QULUB
Pengajian rutin setiap Ahad malam Senin
Bai'at dan Talqin Dzikir pada Kamis malam Jumat
Tengku Mudo al-Khalidi an-Naqsyabandi as-Sammani as-Syatthari
Dengan alamat : Kelurahan.Jombang, Kecamatan.Ciputat, Kota.Tagerang Selatan, Provinsi.Banten.
WhatsApp Admin : 082385789999
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
"Terimakasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan"